Berita Pasangkayu

Khawatir Tak Bisa Pulang Kampung, Ini Curahan Hati Yeti Pedagang Bendera Asal Garut

Dari Garut, Yeti bersama suami menggantungkan hidup di Pasangkayu dengan cara berdagang bendera musiman.

Penulis: Taufan | Editor: Munawwarah Ahmad
Tribun Sulbar / Taufan
Yeti, pedagang bendera musiman asal Garut, di Jl. Trans Pasangkayu 

Hal ini menurutnya disebabkan oleh maraknya penjualan bendera secara online.

"Orang lebih suka beli online, karena selain lebih mudah, harganya juga lebih murah," terang Yeti.

Ibu dari lima anak itu khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, ia dan suami terpaksa tak bisa pulang kampung.

Yeti juga mengeluhkan sedikitnya pendapatan yang ia raup setiap harinya.

"Dalam sehari biasa hanya laku 3 bendera, sedangkan untungnya hanya sekitar Rp 5 ribu dari satu bendera," terangnya.

Hal itu tak bisa menutupi ongkos makannya bersama suami.

Belum lagi anaknya di kampung harus dikirimi uang untuk bekal sekolah.

"Kalau begini, dari mana kami bisa dapat ongkos pulang," keluh Yeti.

Untuk tahun ini, Yeti tak berharap untuk mendapat keuntungan banyak dari hasil jual bendera.

Ia hanya berharap, setidaknya ia dan suami bisa pulang kampung.

"Kalau tak bisa pulang, kami mau kerja apa lagi di sini untuk hidup," ujar Yeti.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Taufan

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved