Berita Sulbar
Kata Pakar Komunikasi Soal Maraknya Kekerasan di Kalangan Anak Muda Sulbar Karena Hal Sepele
Ia menegaskan bahwa masalah komunikasi dan pengelolaan emosi menjadi faktor utama di balik fenomena ini.
Penulis: Suandi | Editor: Munawwarah Ahmad
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Pakar komunikasi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene, Fathiyah, menyoroti meningkatnya kekerasan di kalangan anak muda di Sulawesi Barat yang dipicu oleh hal-hal sepele.
Ia menegaskan bahwa masalah komunikasi dan pengelolaan emosi menjadi faktor utama di balik fenomena ini.
Baca juga: Kronologi Penyebab Tiga Rumah Warga Timbo-timbo Majene Hangus Terbakar, Awalnya Nyalakan Lilin
Baca juga: Truk Pemuat Pasir Terjun Bebas Ke Jurang Sedalam 30 Meter di Jalan Poros Kalukku-Kalumpang
Kasus terbaru terjadi di Mamuju pada Rabu (31/7/2024), dimana pemuda berinisial MAA (21) ditangkap oleh Tim Resmob Sat Reskrim Polresta Mamuju setelah menikam temannya sendiri, Ismail (21), di Jl Cut Nyak Dien.
Peristiwa ini bermula saat mereka bermain game online Mobile Legends di rumah kerabat.
Ketegangan muncul ketika jaringan internet mengalami gangguan, membuat pelaku marah dan menuduh korban mengotak-atik wifi.
Tuduhan ini memicu cekcok antara mereka. Tak lama kemudian, pelaku mendatangi rumah saksi, Abdillah M., dan langsung menyerang korban dengan pisau dapur yang dibawanya dari rumah.
Korban mengalami empat luka tusukan, tiga di punggung dan satu di dada.
Fathiyah menyatakan, kejadian ini sangat memprihatinkan. Insiden penikaman yang dipicu oleh perselisihan saat bermain game online menunjukkan masalah penting dalam komunikasi dan pengelolaan emosi di kalangan anak muda.
Menurutnya, tindakan agresif pelaku mencerminkan emosi yang tidak terkontrol.
"Pelaku mungkin merasa frustrasi karena gangguan jaringan internet, dan ketidakmampuan mengelola emosi akhirnya mengubah kemarahan menjadi agresi," jelasnya kepada Tribun-Sulbar.com melalui pesan WhatsApp pada Jumat (2/8/2024).
Ia juga menduga bahwa pelaku memiliki ketergantungan tinggi pada permainan online. Gangguan kecil seperti masalah jaringan bisa memicu reaksi berlebihan karena tekanan untuk tampil baik di mata teman-temannya.
"Jika mereka merasa dipermalukan, seperti saat jaringan internet bermasalah dan membuat mereka kalah dalam permainan, mereka bisa menjadi sangat marah dan bertindak agresif," tambahnya.
Fathiyah menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang literasi digital.
"Dalam dunia yang semakin digital, literasi digital adalah keterampilan esensial untuk memastikan interaksi online yang sehat, etis, dan produktif. Kekurangan dalam literasi digital dapat berkontribusi pada masalah komunikasi dan perilaku serius," tegasnya.
Ia juga menyatakan bahwa pengaruh teknologi membuat beberapa individu sulit membedakan antara dunia nyata dan dunia maya.
"Maraknya kekerasan karena hal sepele menunjukkan adanya pengaruh teknologi yang kuat," pungkasnya.
Kasus ini menjadi peringatan akan pentingnya pengelolaan emosi dan literasi digital di kalangan anak muda untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.(*)
Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi
BPK ke Sulbar Periksa Kepatuhan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Hingga 17 September |
![]() |
---|
Wagub Salim Ungkap Kekhawatiran Bahan Baku Saat SPPG Beroperasi Sulbar Masih Bergantung Pasokan Luar |
![]() |
---|
HUT RI, Gubernur SDK dan Wagub Salim Kompak Pakai Passapu, Apa Maknanya? |
![]() |
---|
HUT RI ke-80 Kadis Koperindag Sulbar UMKM Pilar Utama Kemerdekaan Sejati |
![]() |
---|
Sentuhan Digital Diskominfo Sulbar, Masyarakat Dipermudah Akses Saksikan HUT RI di Pantai Manakarra |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.