Berita Viral

Viral 2 Bule Nyasar Makan di Hajatan, Dikira Restoran Ternyata Tak Bayar, Tuan Rumah Buka Suara

Viral video dua orang bule yang salah mengira acara hajatan sebagai restoran dan ikut menikmati hidangan prasmanan.

Editor: Via Tribun
Dokumentasi @pariman_namirap
Kisah Tuan Rumah yang Perbolehkan Dua Bule Makan di Hajatannya, Tidak Nyangka Viral di Medsos 

“Yaudah saya pakai bahasa Jawa aja biar lucu-lucuan gitu," ucapnya lagi.

Di video itu, Pariman mengatakan, monggo pinarak dahar (silahkan datang, makan).

Dia mengaku bersyukur dua bule itu mau mampir makan dan minum, menikmati makanan dan lauk seadanya.

“Menikmati snack juga seadanya. Intinya sih begitu,” terangnya.

Pariman mengatakan usai menyantap hidangan dan mengobrol santai dengannya, dua bule itu pamit untuk pulang.

Sebelum beranjak pergi, Pariman memberikan bingkisan makanan atau biasa disebut angsul-angsul pernikahan kepada mereka.

"Waktu pulang itu saya perlakukan sama seperti tamu undangan, jadi tamu undangan kan masuk terus salaman, makan, duduk istirahat keluar dikasih snack. Yang bule juga seperti itu, jadi perlakuannya sama seperti orang kondangan," ucapnya.

Pariman tidak menyangka, aksinya mempersilahkan bule menyantap hidangan hajatannya viral di media sosial.

Aksi itu, setahu dia, direkam oleh kerabatnya.

Baca juga: Viral Video Detik-Detik Lift di Bali Meluncur ke Dasar Jurang, 5 Karyawan Tewas, Ini Kata Pemilik

"Mungkin ada beberapa saudara saya yang mengabadikan momen itu tapi kan saya enggak tahu ternyata seviral itu," ujarnya.

Dikatakan Pariman, alasan dia menyambut baik kedatangan dua bule itu lantaran sifat ramah tamah yang sudah menjadi karakter warga desa setempat.

"Alasannya sederhana. Ya saya kan satu orang desa. Orang desa memang ya kebiasaan kita di masyarakat seperti ini," ucapnya.

Alasan kedua karena Pariman merupakan salah satu pengelola Ekowisata Sungai Mudal, sehingga sudah terbiasa menerapkan prinsip Sapta Pesona.

Sapta Pesona sendiri adalah tujuh unsur yang terkandung di dalam setiap produk wisata serta dipergunakan sebagai tolok ukur peningkatan kualitas produk pariwisata.

"Kedua kan kita tinggal di lingkungan wisata, jadi ya sebisanya menerapkan Sapta Pesona gitu. Kalau di wisata kita ada istilah Sapta Pesona misalnya salam senyum sapa dan santun itu enggak cuma ke bule tapi ke masyarakat lokal," jelasnya.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved