Tanah Bergerak
Minimalisir Dampak Tanah Bergerak di Tande, PVMBG Beri 2 Solusi ke Masyarakat dan Pemkab Majene
Kata Ardiyansyah tim Badan Geologi saat ini telah mememberikan penjelasan kepada masyarakat dan pemerintah tentang hal yang harus dilakukan terkait fe
Penulis: Hasan Basri | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN - SULBAR.COM, MAJENE - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM RI, meneliti penyebab pergerakan tanah di Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene.
Hasil kajian disimpulkan bahwa fenomena pergeseran tanah di daerah tersebut adalah pergerakan tanah landai dipicu resapan atau tampungan air yang masuk ke dalam tanah terlalu banyak.
Hal itu dikemukakan Sekretaris Daerah (Sekda) Majene, Ardiansyah kepada wartawan usai mengikuti pemamparan hasil kajian PVMBG melalui video zoom,Kamis (16/2/2023).
Ardiansyah mengakui, kondisi tanah di Kabupaten Majene sangat labil.
Dampaknya, jika terlalu banyak atau lama resapan air bisa membuat tanah licin.
Ditambah lagi beberapa tahun terakhir, Majene telah diguncang gempa bumi berkuatan besar.
"Itu pemicu semua, penyebab utamanya adalah resapan air yang terlalu banyak," tuturnya.
Kata Ardiyansyah tim Badan Geologi saat ini telah mememberikan penjelasan kepada masyarakat dan pemerintah tentang hal yang harus dilakukan terkait fenomena ini.
Solusi yang disampaikan PVMBG kata Ardiyansyah adalah pertama menutup retakan dari pergeseran tanah tersebut agar tidak semakin melebar.
Kedua yakni meminta agar warga yang tinggal atau bermukim di sekitar lereng atau perbukitan Tande yang berpotensi kena dampak agar direlokasi.
"Masyarakat dihimbau bagi yang berada di lereng-lereng yang ada pergerakan tanah, mudah mudahan bisa merelokasi dirinya secara mandiri," paparnya.
"Diusahakan saat relokasi ini membangun dengan rumah kayu, jangan rumah batu karena sangat rentan retak saat ada pergeseran tanah," lanjut Ardiyansyah.
Sebelumnya, Badan Geologi meninjau tanah bergerak di Kelurahan Tande, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Jumat (10/2/2023).
Pergeseran tanah yang terjadi sejak Januari 2021 menyebabkan kerusakan bangunan dan sejumlah fasilitas umum.
Penyelidik Bumi Muda Badan Geologi, Yohandi mengaku pergeseran tanah di daerah ini masih berpotensi terjadi.
"Sejauh ini data yang kita kumpulkan masih ada (potensi). Khususnya ketika ada curah hujan tinggi," ujarnya.
"Kalau ada curah hujan tinggi lebih dari tiga jam kemungkinan besar masih akan ada pergeseran tanah," lanjut Yohandi Setiawan.(san)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.