Kolom
Perjalanan Spritual Nabi
Perjalanan Nabi ditempuh dalam dua perjalanan yakni horizontal dan perjalanan vertikal.
Pengalaman Nabi bertemu dengan saudara-saudaranya Nabi terdahulu adalah pengalaman yang sangat berharga, karena mendapat informasi-informasi yang penting terhadap keberhasilan dan kegagalan mereka dalam berinteraksi dengan umatnya, ini adalah ilmu sosiologi yang didapat oleh rasul terhadap Nabi-nabi terdahulu.
Pengalaman yang sangat tinggi yang didapat Nabi dalam peristiwa isra mi'raj tersebut adalah sesampainya di langit yang ketujuh dan memasuki Sidrah Al Muntaha sebagai puncak dari peristiwa isra dan mi'raj yang dalam kitab klasik, Jibril pun tidak mampu menembus Sidrah Al Muntaha tersebut.
Muhammad Asad seorang penerjemah Al-Qur'an dan penafsir sebagaimana dikutip Cak Nur dalam salah satu bukunya, menerjemahkan sidrat al-Muntaha dengan "lote tree of the fartbest limit" (pohon lotus pada batas yang terjauh), pohon lotus dalam bahasa Indonesia disebut pohon teratai atau seroja.
Itu adalah makna harfiah dari perkataan sidrat al-Muntaha, yang lebih penting adalah makna simboliknya, sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli tafsir, bahwa sidrat al-Muntaha adalah lambang kebijakan tertinggi dan terakhir yang dapat dicapai seorang manusia pilihan, yang tidak teratasi lagi, karena tidak ada kebijakan yang lebih tinggi dari itu.
Pencapaian Nabi adalah pencapaian yang tertinggi yang dikaruniakan Tuhan kepada hamba atau makhluk-Nya. Jadi Nabi telah sampai ke Sidrat al-Muntaha berarti Nabi telah mencapai tingkat kedamaian, ketenangan, dan kemantapan bathin yang tertinggi yang tidak didapat oleh siapapun yang lain.
Karenanya pasca isra dan mi'raj Nabi semakin mantap dalam perjuangannya dan mencapai kemenangan demi kemenangan setelah hijrah ke Yastrib atau Madinah. Apapun makna dari sidrat al-Muntaha itu, dia adalah bagian dari misteri Tuhan, dan Nabi telah sampai kesana dan menyaksikan sebagian dari tanda-tanda kebesaran Tuhan, itulah batas tertinggi ilmu manusia, selebihnya adalah rahasia Tuhan.
Itulah perjalanan Nabi, dalam bentuk isra dan mi'raj, Nabi banyak menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Tuhan dalam perjalanan tersebut, sebagai tujuan dari isra dan mi'raj, dan sekaligus Tuhan menghibur Nabi pasca ditinggalkannya kedua pendamping Nabi yang amat berjasa dalam perjuangan Nabi dalam menyampaikan kebenaran-kebenaran yang diterima dari Tuhan-Nya.
Bumi Pambusuang, 30 Januari 2023
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.