BKKBN Sulawesi Barat

BKKBN Sebut 3 Fasilitas Desa Kurang Memadai Penyebab Tingginya Angka Stunting Sulbar

Menurutnya penyebab tingginya angka stunting disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang memadai di pelosok desa.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun-Sulbar.com/Fahrun Ramli
Sekretaris Utama BKKBN Pusat Tavip Agus Rayanto, (tengah) saat konferensi pers, di Baalroom Grand Hotel Maleo Mamuju, Jumat (18/3/2022). 

Lima wilayah kabupaten di Sulbar masuk 76 Kabupaten/kota di Indonesia berkategori mereh.

Status merah disematkan untuk wilayah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di atas kisaran 30 persen.

Kabupaten Polewali Mandar, Majene, dan Mamasa memiliki prevalensi di atas angka 33 persen.

Mamuju mempunyai angka prevalensi 30,3 persen.

Padahal batas ambang atas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO adalah 20 persen.

Secara nasional, angka stunting atau kasus kurang gizi kronis di Sulbar masih tertinggi kedua, setelah Nusa Tenggara Timur, yang mencapai 43,8 persen.

Prevalensi stunting secara nasional, Sulbar masih mencapai 33,8 persen atau sekitar 86 ribu anak.

Kabupaten Majene, menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi di Sulbar, mencapai 35,7 persen.

Kemudian disusul Kabupaten Mamasa 33,7 persen dan Pasangkayu 28,6 persen.

Sementara Polewali Mandar 36 persen, Mamuju 30,3 persen dan Mamuju Tengah 26,3 persen.

Untuk itu program Ran Pasti tersebut sangat di harapkan dapat berjalan baik di Sulbar.(*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved