Tujuh Tahun Pemerintahan Joko Widodo, Kemenperin Nilai Kinerja Industri Manufaktur Kian Bagus
Tujuh tahun pemerintahan Joko Widodo, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai kinerja industri manufaktur kian bagus.
Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN-SULBAR.COM - Masa pemerintahan Joko Widodo selama tujuh tahun diwarnai dengan berbagai peristiwa penting yang mengiringi perjalanan ekonomi, terutama pada bidang industri manufaktur.
Ada beberapa peritiwa penting yang terjadi selama tujuh tahun pemerintahan Joko Widodo, yaitu:
1. Turunnya harga beberapa komoditas yang berakibat pada adanya tekanan terhadap ekspor Indonesia
2. Pelambatan ekonomi Tiongkok sebagai entitas ekonomi terbesar dunia yang berpengaruh terhadap ekonomi secara global
3. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang menciptakan kembali high cost economy dan mengganggu sisi supply

Baca juga: Bengkak Lagi, 2 Tahun Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Hutang Pemerintah Naik Rp6.500 Triliun
Baca juga: Pidato HUT ke-57 Golkar, Presiden Jokowi Apresiasi Penanganan Pandemi di Indonesia Makin Membaik
4. Pandemi Covdi 19 yang memberikan tekanan hebat utamanya kepada sektor industri, baik dari sisi supply maupun sisi demand.
Akibat peristiwa global tersebut berdampak pada sektor industri manufaktur Indonesia menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Sektor industri memiliki peranan yang amat penting bagi pemerintahan Joko Widodo, karena sebagai penggerak dan penopang utama perekonomian nasional.
Terbukti dengan realisasi investasi sektor industri manufaktur pada periode pertama 2015-2019 menembus total nilai sebesar Rp 1.280 triliun.
Dengan nilai rata-rata investasi tahunan sebesar Rp 250 triliun.
Pada periode kedua, realisasi investasi sektor manufaktur tahun 2020 tercatat diangka Rp 270 triliun dan lebih tinggi dari nilai rata-rata periode sebelumnya meski sektor industri mendapatkan hantaman keras akibat pandemi Covid 19.
Dan pada Semester I tahun 2021, realisasi investasi di sektor manufaktur sebesar Rp 170 triliun dan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan perbaikan indikator ekonomi lain.
Memasuki periode kedua pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, kontribusi sektor manufaktur sedikit mengalami penurunan sebesar Rp 2.760 triliun sebagai akibat dari adanya pandemi Covid 19.
Akibat dari adanya pandemi Covid 19 sektor industri manufkatur Indonesia tumbuh minus 2,52 persen di tahun 2020.
Dan kembali mengalami peningkatan angka pertumbuhan yang signifikan di Triwulan II sebesar 6,91 persen sejalan dengn pertumbuhan ekonomi nasional yang juga bngkit sebesar 7,07 persen.
Penerapan Kebijakan Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI)
Dalam menghadapi pandemi Covid 19, sektor industri sempat mengalami shock dan masih kikuk dalam menghadapi situasi yang sedemikian cepat berubah.
Pemerintah pun masih melakukan trial and error guna mencari formula yang tepat dalam penanganan Covid 19 untuk mencari keseimbangan antara sektor kesehatan dan ekonomi.
Mengingat, sektor kesehatan dan ekonomi tak dapt dipishkan karena sama-sama memiliki dampak yang besar dan luas terhadap kehidupan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah menerapkan kebijakan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI).
Untuk menyelamatkan eksistensi industri manfaktur di masa pandemi Covid 19.
Melalui IOMKI ini perusahaan industri bisa melakukan kegiatan industri selama pandemi dengan syarat menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dan melaporkan setiap perkembangan kegiatan industri dan penerapan protokol kesehatan kepada pemerintah.
IOMKI ini mendorong terciptanya keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi di sektor industri manufaktur dan memacu para pelaku industri untuk percaya diri dan dapat segera beradaptasi dengan kondisi pandemi.
Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia
Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pun kembali bangkit dan terus menguat hingga Juni 2021.
Bahkan pada tahun 2021 ini PMI manufaktur Indonesia mencetak rekor angka tertinggi sepanjang sejarah yaitu 53,2 persen pada bulan Maret, 54,6 persen pada bulan April, dan 55,3 persen pada bulan Mei.
Sayangnya, merebaknya varian delta di Indonesia memaksa pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlevel.
Hal tersebut kemudian memberikan dampak pada geliat pelaku industri yang terhenti sementara dan berimbas pada menurunnya PMI manufaktur Indonesia ke level 40,1 persen pada Juli 2021.
Pada September 2021 PMI manufaktur Indonesia merangkak naik ke level ekspansif pada angka 52,2 persen.
Sektor Ketenagakerjaan
Pada masa pemerintahan Jokowi Periode I menunujukkan peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertambahan jumlah tenaga kerja di sektor industri pengolahan sebesar hamper 4 juta orang dalam kurun waktu lima tahun.
Akan tetapi, akibat pandemi Covid 19 jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan secara bertahap berkurang menjadi 18,7 juta orang pada Februari 2020 dan 17,5 juta pada Agustus 2020.
Hingga Februari 2021 seiring dengan pulihnya sektor industri pengolahan dari dampak Covid 19, jumlah tenaga kerja kembali meningkat 17,82 juta.
Dari indikator tersebut di atas kinerja industry manufaktur Indonesia selama mas pemerintaha Joko Widodo secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang selalu positif dari tahun ke tahun.
Terbukti dengan kontrbusi sektor manufaktur terhadap PDB meningkat, nilai investasi sektor manufaktur yang selalu bertambah, jumlah tenaga kerja yang bertambah, kontribusi ekspor yang selalu dominan dalam sektor eskpor nasional.
(Tribun-Sulbar.com/Al Fandy Kurniawan)