Kurikulum Darurat
IGI Sulbar Sambut Baik Rencana Pemkab Mamuju Terapkan Kurikulum Darurat
Guru SMP 4 Simboro, Mamuju itu menambahkan, dengan model Pembelajaran Jarak Jauh, materi tidak dapat disampaikan 100 persen kepada peserta didik.
Penulis: Nurhadi Hasbi | Editor: Hasrul Rusdi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sulawesi Barat (Sulbar), Rustan sambut baik rencana Pemerintah Kabupaten Mamuju terapkan kurikulum darurat.
Kurikulum darurat adalah salah satu pilihan yang bisa diambil satuan pendidikan yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Kurikulum darurat diciptakan untuk penyederhanaan kompetensi dasar selama Pembelajaran Jarak Jauh.
Penyederhanaan ini akan mengurangi kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
Sehingga, peserta didik akan fokus kepada kompetensi yang esensial dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.
Kurikulum darurat dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk penyesuaian kebijakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, ada 2 hal yang akan dilakukan pemerintah, yaitu perluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning dan menerapkan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus).
Menurut Rustan, kurikulum tersebut sangat baik, untuk mengefektikan model Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi Covid-19.
"Saya kira ini baik, Kurikulum Darurat ini mampu memahami kondisi atau situasi yang terjadi," kata Rustan kepada Tribun-Sulba.com, Selasa (10/8/2021).
Guru SMP 4 Simboro, Mamuju itu menambahkan, dengan model Pembelajaran Jarak Jauh, materi tidak dapat disampaikan 100 persen kepada peserta didik.
"Nah pihak kurikulum, utamanya di tingkat lokal mencermati situasi ini, maka muncullah namaya kurikulum darurat atau kurikulum pandemi, jadi saya kira ini sangat bagu," ujarnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim sebelumnya menyampaikan, materi pembelajaran tidak mesti disampaikan 100 persen.
"Inilah mungkin dasarnya sehingga dikembangkan sebuah kurikulum darurat," pungkas ketua wadah profesi guru yang menjabat sejak lima bulan gantikan Hilman Paturusi itu.
Kurikulum Darurat Tidak Wajib Pilih.
Ada tiga opsi yang bisa dipilih sekolah, dalam melaksanakan proses pembelajaran di tengah pandemi Covid-19.
Pertama, tetap mengacu pada Kurikulum Nasional.
Kedua, menggunakan kurikulum darurat; dan
Ketiga, melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.
Kurikulum darurat disiapkan untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK.
Modul belajar PAUD dijalankan dengan prinsip "Bermain adalah Belajar".
Proses pembelajaran terjadi saat anak bermain serta melakukan kegiatan sehari-hari.
Sementara untuk jenjang pendidikan SD, modul belajar mencakup rencana pembelajaran yang mudah dilakukan secara mandiri oleh pendamping baik orangtua maupun wali
Pemerintah juga memberikan relaksasi peraturan untuk guru dalam mendukung kesuksesan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Guru tidak lagi harus memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka dalam satu minggu sehingga guru dapat fokus memberikan pelajaran interaktif kepada siswa tanpa perlu mengejar pemenuhan jam.
Guru juga diharapkan dapat terus meningkatkan kapasitas untuk melakukan pembelajaran interaktif, dan sekolah dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan metode paling tepat.
Berikut dampak yang akan ditimbulkan dari pelaksanaan Kurikulum Darurat:
Tersedia acuan kurikulum yang sederhana bagi guru.
Beban mengajar guru berkurang.
Guru dapat fokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual.
Siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum dan dapat berfokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual.
Orang tua lebih mudah mendampingi anaknya belajar di rumah.
Kesejahteraan psikososial siswa, guru, dan orang tua meningkat.
Dengan adanya kurikulum darurat, Kemendikbud berharap dapat mempermudah proses pembelajaran di masa pandemi.(*)