Karyawan Hilang
Sebelum Dibunuh Karyawati Koperasi di Pasangkayu Sempat Chat Atasan Mengaku Takut: Doakan Saya
Hijrah diketahui sedang menagih ke rumah salah satu nasabah. Lokasi penemuan tak jauh dari tempat tersebut, masih berada di wilayah Desa Sarjo.
TRIBUN-SULBAR.COM - HJ (19), pegawai sebuah koperasi BUM di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat ditemukan tak bernyawa di sebuah kebun kelapa milik warga di Dusun Tanga-tanga, Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Sabtu pagi (20/9/2025).
Saat ditemukan, korban dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam.
Sedangkan seragam kerjanya terlilit di leher.
Penemuan ini hanya berselang sehari setelah ia dilaporkan hilang kontak oleh rekan kerjanya.
Terakhir, Hijrah diketahui sedang menagih ke rumah salah satu nasabah.
Lokasi penemuan tak jauh dari tempat tersebut, masih berada di wilayah Desa Sarjo.
Baca juga: Kisah Pilu dan Duka Kepergian Hijrah, Karyawan Koperasi di Pasangkayu Ditemukan Tewas Usai Menagih
Baca juga: Pelaku Pembunuhan Karyawan Koperasi di Pasangkayu Belum Terungkap
Sebelum ditemukan meninggal dunia pada Sabtu, 20 September 2025, HJ ternyata berkomunikasi dengan atasannya melalui pesan WhatsApp.
Berikut petikan percakapan Hj dengan atasannya yang tersebar di media social:
HJ (21.40): "Oh iya."
Atasan (21.55): – Panggilan suara (tidak dijawab) "Hijrah. Di mana sudah kamu?" – "Hati-hati ya."
HJ (21.56): "Jangan ditelepon Bu, karena sementara dia bonceng saya, nanti dia curiga." "Bu, doakan saya." "Dari tadi tidak ada rumah yang dilewati." "Baru jalan ada jaringan di sini."
Atasan (21.56): "Iya hati-hati." "Berdoa."
HJ (21.57): "Aduh, saya takutnya ini orang dendam."
Atasan (21.57): "Beh, jangan dipikir begitu."
Tak lama setelah percakapan itu, komunikasi dengan HJ terputus sekitar pukul 22.00 WITA.
Upaya keluarga dan rekan kerja untuk menghubunginya tidak berhasil.
Hingga akhirnya, dua hari kemudian, jasad HJ ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Tinggal Bersama Nenek, Hidup Penuh Tanggung Jawab
Hijrah selama ini tinggal bersama neneknya di Desa Maponu, tak jauh dari tempat ia bekerja.
Sejak orangtuanya bercerai dan membina rumah tangga baru masing-masing, ia tumbuh dalam asuhan sang nenek yang kini telah renta dan pikun.
Sepupunya, Fini, menyebut Hijrah sebagai cucu yang penuh tanggung jawab.
“Dia itu anak baik. Neneknya sudah sakit-sakitan, dan selama ini dirawat sama Hijrah,” tutur Fini dengan mata berkaca-kaca.
Meski sibuk bekerja, Hijrah tetap menyempatkan diri pulang setiap Minggu dan malam Senin.
Hari-hari lainnya ia habiskan bekerja di lapangan, menagih ke rumah-rumah nasabah koperasi.
Semangatnya bukan hanya demi masa depan, tapi juga untuk menghidupi dirinya dan membantu kebutuhan nenek tercinta.
Namun, takdir berkata lain.
Nenek yang selama ini menjadi tempat Hijrah kembali, tak mengetahui kepergian cucunya.
Kondisinya yang semakin pikun membuatnya tak menyadari bahwa orang yang selama ini merawatnya telah pergi untuk selamanya.
Ibunda Hijrah, yang tinggal di Pantai Timur, Sulawesi Tengah, segera pulang ke Maponu setelah mendengar kabar duka.
Tangisnya pecah saat tiba di rumah, menyaksikan anak kandungnya terbujur kaku dalam kondisi tragis.
Kabar kematian Hijrah bukan hanya mengguncang keluarganya.
Rekan-rekan kerja turut kehilangan sosok yang dikenal pendiam, ramah, dan tak pernah keberatan jika dimintai bantuan.
Kini, suasana duka menyelimuti Desa Maponu.
Warga berdatangan untuk melayat, memberikan doa dan penghormatan terakhir kepada Hijrah, gadis muda yang pergi terlalu cepat, menyisakan cerita hidup yang penuh ketegaran dan pengorbanan.
Tanda Kekerasan
Pihak kepolisian telah menemukan beberapa tanda-tanda mengindikasikan adanya tindak kekerasan.
Kasat Reskrim Polres Pasangkayu, IPTU Rully Marwan, yang turun langsung ke lokasi penemuan, Sabtu (20/9/2025) pagi, menegaskan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman.
“Kasus ini masih kami dalami. Ada beberapa terduga yang sementara dalam proses penyidikan. Namun untuk pelaku belum bisa dipastikan, karena kami masih menunggu hasil visum dan autopsi,” ujar IPTU Rully.
Dari pemeriksaan awal, polisi mendapati adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

“Hasil pengecekan sementara, ada juga bekas luka di kaki korban. Kondisi korban saat ditemukan tidak mengenakan separuh pakaian, bahkan pakaiannya terikat di leher,” jelasnya.
Terkait saksi yang diduga membonceng korban sebelum hilang, IPTU Rully menyebut keterangan itu belum bisa dijadikan pegangan utama.
“Untuk keterangan sementara dari saksi, ia hanya mengaku mengantarkan saja. Tetapi hal ini masih kami dalami lebih lanjut,” tambahnya.
Hijrah sebelumnya dilaporkan hilang dua hari lalu usai dibonceng oleh suami salah satu nasabah. Ia sempat mengirim pesan WhatsApp kepada rekannya bahwa dirinya merasa dalam bahaya.
Saat ini, jasad korban telah dibawa ke RSUD Ako untuk keperluan autopsi.
Polisi memastikan proses penyidikan akan terus berjalan hingga penyebab pasti kematian korban terungkap.
Suami Nasabah Diperiksa
Informasi diterima Tribun-Sulbar.com, suami salah satu nasabah telah dibawa ke Polsek Bambalamotu sejak Jumat (19/9/2025) malam.
Hingga Sabtu (20/9/2025) siang, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait pemeriksaan tersebut.
Namun, istri terduga, berinisial N, yang ditemui di Polsek Bambalamotu memberikan bantahan.
Ia menyebut kabar beredar bahwa suaminya membonceng korban ke kebun tidak sepenuhnya benar.
Menurut pengakuannya, malam itu memang benar suaminya keluar rumah untuk mencari tambahan uang setoran.
Tetapi, ia menegaskan suaminya hanya pergi seorang diri menggunakan motor pribadinya.
“Suami saya keluar sendiri. Sementara korban juga masih di rumahnya. Tidak lama kemudian, korban keluar sambil mengangkat telepon dan pergi dengan motornya sendiri,” ujar N.
Tak lama setelah itu, lanjut N, suaminya kembali membawa uang setoran dan sempat menanyakan keberadaan korban. Namun, saat itu korban sudah tidak ada di rumah.
“Suami saya tanya korban di mana, tapi korban juga keluar dan sampai sekarang belum kembali,” tambahnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.