Wisata Sulbar

Misteri dan Pesona Gunung Gandang Dewata,Puncak Tertinggi di Sulbar dengan Mitos Gendang Dewa

Editor: Abd Rahman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bentangan Taman Nasional Gandang Dewata yang terletak di Sulawesi Barat (Sulbar). Dengan luas 183.078 hektar, taman nasional ini mencangkup hingga ke puncak tertinggi Sulbar, Gunung Gandang Dewata.

TRIBUN-SULBAR.COM- Gandang Dewata adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. 

Gunung ini bukan hanya sekadar puncak tertinggi di Sulawesi Barat, namun juga telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Gandang Dewata, sebuah kawasan konservasi yang kaya akan keanekaragaman hayati dan menyimpan banyak mitos serta keindahan alam yang memukau.

Puncak tertinggi di Sulbar ini memiliki ketinggian hingga 3.037 meter dari permukaan laut (mdpl) dan merupakan daratan tertinggi di gugusan pegunungan Quarles Sulawesi.

Quarles merupakan gugusan gunung batu berhutan tropis, yang membentang di tengah Pulau Sulawesi dari tengah, tenggara, barat, dan selatan Sulawesi.

Baca juga: Pendaki Asal Brasil Juliana Marins Tewas Usai Terjatuh ke Jurang 600 Meter di Gunung Rinjani

Baca juga: Jalur Neraka Rinjani: Pelajaran Kesehatan dari Tragedi Turis Brasil

Puncak gunung tersebut juga tercatat sebagai puncak tertinggi kedua di Sulawesi, setelah Gunung Latimojong di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yang memiliki ketinggian 3.478 mdpl.

Gunung Gandang Dewata sempat menjadi sorotan setelah ramai kabar dua pendaki yang mengalami kendala di perjalanan pulang, Minggu (13/10/2024) tahu lalu.

Seperti dilaporkan Tribun-Sulbar.com, selain dikabarkan sakit, bekal dua pendaki tersebut juga telah habis.

Adapun identitas pendaki tersebut bernama Taufik Abu Bakar, yang ditemani pendaki lainnya yakni Jiwar Junaintin.

Taman Nasional Gandang Dewata  ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 3 Oktober 2016 dengan luas sekitar 180.078 hektar (ada juga sumber yang menyebut 79.342 hektar). 

Penetapan ini bertujuan untuk melindungi area dengan tingkat keanekaragaman, keaslian, dan keunikan yang tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa Gandang Dewata adalah habitat bagi sejumlah spesies flora dan fauna endemik, terutama jenis burung, serta beberapa spesies baru yang belum teridentifikasi. 

Beberapa di antaranya adalah jenis jahe-jahean, anggrek tikus, katak, monyet, babi rusa, burung rangkong, dan Elang Sulawesi. 

Pada ketinggian sekitar 2.000 mdpl, pendaki dapat menemukan hutan lumut yang menyerupai hutan purba.

Kawasan ini memiliki potensi besar sebagai pusat pelestarian alam dan suaka margasatwa, yang juga berfungsi untuk kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Mitos Gunung Gandang Dewata

Dikutip dari laman resmi Balai Besar Konservasi Sumbe

Penampakan Gunung Gandang Dewata, puncak tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat dengan ketinggian hingga 3.037 mdpl. (Laman resmi BBKSDA Sulsel)

r Daya Alam Sulawesi Barat (BBKSDA Sulsel), keberadaan Gunung Gandang berkaitan erat dengan legenda yang beredar di masyarakat.

Pada zaman dulu, dituturkan bahwa Gandang Dewata mulanya adalah daratan terendah di pulau Sulawesi.

Batu besar berbentuk perahu yang terletak di sekitar puncak gunung tersebut dikatakan sebagai bukti, dan dipercaya merupakan perahu puteri raja yang kandas.

Penampakan Gunung Gandang Dewata, puncak tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat dengan ketinggian hingga 3.037 mdpl. (Laman resmi BBKSDA Sulsel)

Adapun asal muasal nama Gunung Gandang Dewata adalah dari mitos suara gendang yang sering terdengar di kawasan tersebut.

Secara harfiah, gandang berarti gendang dan dewata berarti dewa.

"Apabila ada seseorang yang masuk hutan dengan tujuan entah mengambil hasil hutan ataupun mendaki, lalu terdengar suara gendang dari puncak gunung, berarti orang tersebut sudah meninggal," bunyi keterangan di laman BBKSDA Sulsel.

Konon katanya, suara gendang tersebut muncul dari bebatuan di area sekitar Taman Nasional Gandang Dewata yang mana bentuknya memang terbilang mirip seperti bentuk gendang. 

Mengenal Gunung Gandang Dewata

Gunung Gandang Dewata resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional ke-53 oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), melalui keputusan bernomor SK.773/MENLHK/Setjen/PLA.2/10/2016, tanggal 3 Oktober 2016.

Aksesibilitas Gunung Gandang Dewata. (Laman resmi BBKSDA Sulsel)

Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE), penetapan Taman Nasional Gunung Gandang Dewata dideklarasikan pada tanggal 5 April 2017 dengan luas 183.078 hektar.

Kawasan Taman Nasional ini membentang dari empat kabupaten Sulawesi Barat, yakni Mamuju, Mamuju Utara, Mamuju Tengah dan Mamasa.

Dikutip dari laman website Desa Tampak Kurra, Taman Nasional Gandang Dewata merupakan salah satu wilayah yang dilalui Garis Wallace, yang memisakan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia.

Menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2013, terdapat 417 jenis burung di Sulawesi dengan 116 di antaranya adalah endemik atau asli di wilayah tersebut.

Adapun jenis satwa yang hidup di taman nasional ini antara Anoa, Elang Sulawesi, Burung Rangkong, Alap-alap, katak endemik, dan kadal yang kemungkinan besar adalah jenis baru.

Sementara itu untuk jenis tumbuhan, terdapat Rotan, Kalpataru, Uruh, dan berbagai jenis Anggrek nan cantik.

Menurut penelusuran tim LIPI, ditemukan tumbuhan dari suku Melastomateceae dari marga Medinilla, Sonerila, Astronia, Dissochaeta, Melastoma dan Creochiton.

Ada juga 11 jenis tumbuhan dari suku Gesneriaceae dari marga Aeschynanthus, Agalmyla dan Cyrtandra, yang seluruhnya merupakan endemik Sulawesi.

Dilansir Tribun-Sulbar.com dari Tribun-Timur.com, jalur menuju puncak gunung tersebut dapat terbilang cukup ekstrem.

Kontur pendakian Gunung Gandang Dewata, puncak tertinggi di Sulawesi Barat (Sulbar). (Laman resmi BBKSDA Sulsel)

Akan tetapi, jalur yang terjal dan curam justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki yang ingin menguji nyali.

Untuk menuju puncak, para pendaki dapat melalui dua jalur yakni lewat jalur Paku, Kecamatan Tabulahan dan jalur Rante Pongko, Kecamatan Mamasa.

Masing-masing jalur memiliki 10 pos pendakian yang bisa menghabiskan hingga tujuh hari perjalanan.

Jalur cukup ekstrem terdapat di antara pos 6 dan 7 jika melalui jalur Paku.

Peta pos pendakian Gunung Gandang Dewata. (Laman resmi BBKSDA Sulsel)

Disebutkan, ada trek menurun yang curam ke arah lembah, dan trek menanjak ke punggungan tinggi.

Meski begitu, daya tarik Gunung Gandang Dewata tak lantas surut, lantaran adanya bentangan indah pemandangan alam yang akan memanjakan mata para pendaki.

Gandang Dewata adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Gunung ini bukan hanya sekadar puncak tertinggi di Sulawesi Barat, namun juga telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Gandang Dewata, sebuah kawasan konservasi yang kaya akan keanekaragaman hayati dan menyimpan banyak mitos serta keindahan alam yang memukau.

 Gandang Dewata Mamasa:

Gunung Gandang Dewata memiliki ketinggian sekitar 3.037 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ini menjadikannya salah satu gunung tertinggi di gugusan Pegunungan Quarlesi, dan merupakan gunung tertinggi kedua di Sulawesi setelah Gunung Latimojong.

Witasa alam air terjun Salumarak, di Desa Mesakada, Kecamatan Mehalaan, Kabupaten Mamasa. (Tribun Sulbar / Hamsah Sabir)

Lokasi Secara administratif, Taman Nasional Gandang Dewata (TNGD) berada di wilayah Kabupaten Mamasa dan sebagian Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, dengan akses utama melalui kedua daerah ini.

Kawasan Tangkapan Air Gunung ini merupakan daerah tangkapan air terluas di Provinsi Sulawesi Barat, menjadikannya sumber air yang penting bagi masyarakat sekitar.

Taman Nasional Gandang Dewata ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 3 Oktober 2016 dengan luas sekitar 180.078 hektar (ada juga sumber yang menyebut 79.342 hektar).

Penetapan ini bertujuan untuk melindungi area dengan tingkat keanekaragaman, keaslian, dan keunikan yang tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa Gandang Dewata adalah habitat bagi sejumlah spesies flora dan fauna endemik, terutama jenis burung, serta beberapa spesies baru yang belum teridentifikasi. Beberapa di antaranya adalah jenis jahe-jahean, anggrek tikus, katak, monyet, babi rusa, burung rangkong, dan Elang Sulawesi.

Pada ketinggian sekitar 2.000 mdpl, pendaki dapat menemukan hutan lumut yang menyerupai hutan purba.

Kawasan ini memiliki potensi besar sebagai pusat pelestarian alam dan suaka margasatwa, yang juga berfungsi untuk kesejahteraan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Mitos dan Kepercayaan Lokal

Nama "Gandang Dewata" sendiri erat kaitannya dengan mitos lokal. Konon, suara gendang mistis sering terdengar dari puncak gunung, yang diyakini berasal dari bebatuan yang mirip gendang. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, suara gendang tersebut menjadi pertanda atau pesan dari Dewa.

Bahkan, ada mitos yang mengatakan jika seseorang masuk hutan dan terdengar suara gendang dari puncak gunung, itu berarti orang tersebut telah meninggal.

GUNUNG GANDANG DEWATA- Gandang Dewata adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.

Karena mitos ini, sebagian besar penduduk setempat menganggap gunung ini sebagai gunung mistis. Oleh karena itu, para pendaki atau pengunjung diwajibkan untuk menjaga perilaku dan sopan santun selama berada di kawasan ini.

Daya Tarik bagi Pendaki dan Peneliti

Meskipun medan pendakiannya dikenal sulit dan memakan waktu sekitar 6-12 hari (tergantung kekuatan pendaki) dengan 10 pos, keindahan pemandangan dari puncak Gandang Dewata tidak kalah menawan dibandingkan gunung lainnya. 

Hamparan alam hijau dan yang menawan dapat memanjakan mata dan menghilangkan rasa penat saat berada di atas puncak.

Kesejukan alam dan udara yang dingin membuat para pendaki bisa merasakan sensasi kekayaan alam semesta.

Jalur pendakian yang jarang didaki menjadikan pengalaman eksplorasi terasa lebih otentik.

Selain pendaki, kekayaan hayati di dalamnya juga menjadi objek kajian yang menarik bagi para peneliti, terutama dalam identifikasi spesies-spesies baru.

Secara keseluruhan, Gandang Dewata Mamasa adalah perpaduan antara keindahan alam yang luar biasa, kekayaan ekosistem yang unik, serta warisan budaya dan mitos yang melekat erat pada masyarakatnya.(*)