TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Majene telah merampungkan tahapan pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) atau Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026.
Pendaftaran yang berlangsung dari 1 hingga 19 Juni 2025 kini telah resmi ditutup.
Menurut Koordinator SPMB Kabupaten Majene, Sahri Bunga, proses selanjutnya adalah tahap seleksi dan validasi data.
Baca juga: Panen Raya Dusun Batio,Wabup Pasangkayu Herny Tekankan Pentingnya Ketahanan Pangan
"Mulai hari ini, kita masuk ke tahap seleksi validasi. Proses pendaftarannya sendiri sudah selesai per tanggal 19 Juni kemarin," jelas Sahri kepada Tribun-Sulbar.com, Senin (23/6/2025).
PPDB tahun ini menggunakan sistem informasi berbasis online, namun penerapannya terbatas pada SD dan SMP di Kecamatan Banggae dan Banggae Timur.
Sekolah di kecamatan lain masih melaksanakan pendaftaran secara manual karena kendala jaringan.
Berbagai jalur penerimaan dibuka, meliputi jalur prestasi, afirmasi, mutasi, dan domisili.
Sahri Bunga juga merinci daya tampung sekolah di Majene, untuk jenjang SMP, ada 40 sekolah dengan total daya tampung 3.584 siswa.
Setiap kelas diwajibkan maksimal berisi 32 siswa.
Sementara itu, jenjang SD memiliki 171 sekolah dengan daya tampung maksimal 4.424 siswa.
Setiap kelas SD diwajibkan hanya menampung 28 siswa.
Khusus jalur mutasi, kuotanya sangat terbatas, yakni hanya 5 persen dari total daya tampung sekolah.
Ini berarti, jika satu sekolah menampung 28 siswa, hanya ada satu kursi yang tersedia untuk jalur mutasi.
Berikut Jadwal PPDB Majene 2025/2026 :
Pendaftaran Online/Manual: 1 - 19 Juni 2025 (Telah Ditutup)
Tahap Seleksi dan Validasi Data: Mulai 23 Juni 2025
Pengumuman Hasil Seleksi Jalur Mutasi dan Domisili: Rabu, 25 Juni 2025
Hasil seleksi untuk jalur mutasi dan domisili akan diumumkan dan dapat diakses melalui akun pendaftaran masing-masing calon siswa.
Skema SPMB Buat Bingung
Skema kouta jalur masuk dalam Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB), masih membuat sejumlah orang tua kebingungan.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (PAUD Dikdasmen), Gogot Suharwoto, seperti dilansir dari Tribunnwes,com, Senin (23/6/2025).
Menurut Gogot, informasi mengenai terkait proporsi jalur penerimaan ini belum tersampaikan secara baik ke masyarakat.
Padahal kuota jalur domisili atau zonasi kini sudah berkurang.
Sekarang ini porsinya dialokasikan lebih besar digeser untuk jalur prestasi.
“Karena ternyata memang pergeseran formasi persentasenya ya, dari yang tadinya domisilinya 50 persen ke 30 persen minimal, ini kan ada pengurangan. Menganggapnya masih domisilinya seperti tahun kemarin,” ujar Gogot.
Ia menjelaskan, pada tahun sebelumnya jarak 400–600 meter dari sekolah masih memungkinkan untuk masuk melalui jalur domisili.
Baca juga: SPMB 2025 Majene Dibuka, Jalur Mutasi Hanya 5 Persen dan Siswa SD Hanya Boleh 28 Orang Tiap Kelas
Namun tahun ini, kuota tersebut sudah habis lebih cepat karena porsinya lebih kecil.
“Tahun kemarin radius 400 masuk, 500–600 masih masuk. Sekarang kok 400 sudah habis, karena memang kuotanya digeser ke prestasi,” ucapnya.
Gogot menyebut ketidaktahuan ini membuat sebagian masyarakat protes karena merasa anak mereka tidak lolos padahal tinggal cukup dekat dari sekolah tujuan.
“Orang-orangnya kayaknya belum terinformasikan dengan baik, atau mungkin baca kelewat, jadi terjadi salah paham. Tapi sudah disalurkan ke tahap kedua,” katanya.
Ia menambahkan bahwa proses SPMB masih berjalan dan terdiri dari beberapa tahap. Masyarakat diminta untuk tetap mengikuti proses dan tidak terburu-buru menarik kesimpulan.
“Ini kan masih ada tahap ketiga. Selesai tahap satu, tahap dua, tahap tiga. Semoga ini bisa terakomodir,” pungkasnya.(*)Sekarang ini porsinya dialokasikan lebih besar digeser untuk jalur prestasi.
“Karena ternyata memang pergeseran formasi persentasenya ya, dari yang tadinya domisilinya 50 persen ke 30 persen minimal, ini kan ada pengurangan. Menganggapnya masih domisilinya seperti tahun kemarin,” ujar Gogot.
Ia menjelaskan, pada tahun sebelumnya jarak 400–600 meter dari sekolah masih memungkinkan untuk masuk melalui jalur domisili.
Namun tahun ini, kuota tersebut sudah habis lebih cepat karena porsinya lebih kecil.
“Tahun kemarin radius 400 masuk, 500–600 masih masuk. Sekarang kok 400 sudah habis, karena memang kuotanya digeser ke prestasi,” ucapnya.
Gogot menyebut ketidaktahuan ini membuat sebagian masyarakat protes karena merasa anak mereka tidak lolos padahal tinggal cukup dekat dari sekolah tujuan.
“Orang-orangnya kayaknya belum terinformasikan dengan baik, atau mungkin baca kelewat, jadi terjadi salah paham. Tapi sudah disalurkan ke tahap kedua,” katanya.
Ia menambahkan bahwa proses SPMB masih berjalan dan terdiri dari beberapa tahap. Masyarakat diminta untuk tetap mengikuti proses dan tidak terburu-buru menarik kesimpulan.
“Ini kan masih ada tahap ketiga. Selesai tahap satu, tahap dua, tahap tiga. Semoga ini bisa terakomodir,” pungkasnya.(*)