Profil Pendeta

Profil Pendeta Wasthy Saber dari Toraja ke Pasangkayu, 11 Tahun Setia Menjawab Panggilan Pelayanan

Penulis: Taufan
Editor: Nurhadi Hasbi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROFIL - Pendeta Wasthy Saber, S.Th., saat diwawancarai di Gereja Jemaat Siong, Pasangkayu, Kamis (29/5/2025). Ia telah menjalani 11 tahun pelayanan sebagai pendeta, setia pada panggilan hidupnya sebagai pelayan Tuhan.

TRIBUN-SULBAR.COM, PASANGKAYU – Pendeta Wasthy Saber adalah sosok yang mencerminkan dedikasi dan ketulusan dalam pelayanan.

Lahir di Bungin, Toraja, pada 3 Maret 1985, ia telah mengabdikan hidupnya di ladang pelayanan Tuhan selama lebih dari satu dekade.

Perjalanan pendidikannya dimulai dari SDN 01 Inpres Bungin (1991), dilanjutkan ke SMP Katolik Imanuel Mandetek, dan kemudian SMAN Kristen Rantepao.

Panggilan hidup sebagai pelayan Tuhan semakin jelas saat ia memutuskan melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja, jurusan Teologi.

Baca juga: Profil Pastor Octavianus Samson Buraini dari Raha Sulawesi Tenggara hingga Jadi Vikep Sulawesi Barat

Sebelum ditahbiskan sebagai pendeta pada tahun 2014, ia menjalani masa magang selama dua tahun di Gereja Toraja Jemaat Bungin.

Masa itu menjadi proses pembentukan rohani dan mental yang memperkuat tekadnya dalam menjalani pelayanan.

Selama 11 tahun terakhir, Pendeta Wasthy telah melayani di berbagai daerah; lima tahun di Toraja, lima tahun di Sulawesi Tengah, dan hampir satu tahun terakhir di Jemaat Siong Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Ia adalah anak dari pasangan Tomas dan Martina, serta ibu dari dua anak.

Dalam kesehariannya, ia dikenal sebagai pribadi yang ramah, sabar, dan menjunjung tinggi nilai kasih dalam pelayanan.

Perjalanan sebagai pendeta tidak selalu mulus.

“Pelayanan itu pasti penuh tantangan, terutama dalam memenuhi harapan dan keinginan jemaat yang sangat beragam,” ujarnya.

Salah satu pengalaman paling menguji adalah ketika sekitar 40 kepala keluarga dari jemaat yang dilayaninya memutuskan untuk memisahkan diri.

Situasi tersebut sempat menimbulkan ketegangan, bahkan menyeretnya ke ranah hukum hingga diperiksa di Polsek.

Namun, semua itu ia hadapi dengan ketenangan dan iman yang teguh.

“Di mana pun saya ditempatkan, saya percaya Tuhan menyertai. Tantangan tidak bisa dihindari, tapi kasih Tuhan selalu memberi kekuatan,” tuturnya.

Halaman
12