Namun, kenyataan pahit kini dialami para petani yang telah antusias mengikuti program ini.
Kendala pemasaran menjadi batu sandungan utama.
Tidak ada kejelasan mengenai pihak yang akan menampung hasil panen mereka.
Akibatnya, buah pisang yang seharusnya menjadi sumber pendapatan, kini hanya menjadi tumpukan kerugian di lahan pertanian.
"Tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas program ini. Kami merasa sangat dirugikan," keluh petani tersebut.
Ia mempertanyakan tindak lanjut dari kerjasama yang pernah digaungkan, mengingat investasi yang telah dikeluarkan tidak sedikit.
Kondisi ini tentu menjadi ironi dan menimbulkan pertanyaan besar terkait perencanaan serta implementasi program pengembangan komoditas di Sulawesi Barat.
Janji manis kerjasama dan potensi keuntungan nyatanya berujung pada kerugian dan kekecewaan para petani yang kini harus menanggung akibatnya seorang diri.(*)