Pilkada Mamuju 2024

Debat Pamungkas Paslon Bupati Mamuju: 01 Janji Beri Modal ke Pedagang, 02 Perbaiki Infrastruktur

Penulis: Lukman Rusdi
Editor: Via Tribun
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 1, Sutinah Suhardi dan Yuki Permana (kiri), serta pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 2, Ado Mas'ud dan H. Damris, saat debat kedua di Ballroom Hotel Maleo Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (9/11/2024)

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU- Segmen debat pamungkas atau terakhir antara dua Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju, telah digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mamuju, pada Sabtu (9/11/2024).

Dalam kesempatan tersebut, kedua pasang Cabup dan Cawabup Mamuju menyampaikan pandangan terkait kondisi atau penataan pasar yang belum optimal di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).

Terkait hal itu, Paslon nomor urut satu, Sitti Sutinah Suhardi dan Yuki Permana (Tina-Yuki) menekankan pemberian bantuan modal secarah menyeluruh.

Kolase pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 2, Ado Mas'ud dan H. Damris serta pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 1, Sutinah Suhardi dan Yuki Permana, saat debat kedua di Ballroom Hotel Maleo Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (9/11/2024). (Tangkapan Layar YouTube KPU Kabupaten Mamuju)

Ia menilai, saat ini banyak pedagang di pasar tradisional Mamuju tidak memiliki kekuatan modal yang baik.

“Perlu memberikan bantuan penguatan modal bagi seluruh pedagang pasar di Mamuju utamanya kepada pedagang di pasar tradisional,” kata Yuki Permana saat acara debat di Hotel Maleo, Mamuju, Sabtu (9/11/2024) sore.

Yuki Permana berjanji pihaknya akan membantu pedagang tradisional untuk memperkuat ekonomi mereka, jika terpilih dalam Pilkada Mamuju 2024.

Baca juga: Debat Kedua Pilkada Mamuju 2024, Ado-Damris dan Sutinah Suhardi Adu Visi Misi soal Infrastruktur

“Jadi jika kami diberikan kesempatan untuk melanjutkan kepemimpinan, kami akan membantu seluruh pedagang tradisional untuk memperkuat struktur ekonominya,” jelas Yuki.

Sementara itu pasangan Cabup-Cawabup Mamuju nomor urut dua, Ado Mas'ud dan Damris (Ado-Damris) mengatakan hal terpenting adalah perbaikan infrastruktur pasar.

Disampaikan, kenyamanan para pedagang merupakan hal yang paling utama. 

“Tentu yang kita berikan terlebih dahulu itu adalah infrastrukturnya, bagaimana kita memberikan bantuan kalau tidak nyaman,” jelas Damris dalam kesempatannya.

“Kita benahi dulu pasar, baru setelah itu kita tingkatkan upaya usaha para pedagang,” lanjutnya.

Terakhirnya ia juga menyampaikan komitmennya jika diberikan kesempatan oleh rakyat untuk memimpin kabupaten Mamuju.

“Jadi jika kami terpilih kita akan bangun pasar tradisional akan kami bangun sesuai dengan kemauan masyarakat, nyaman tidak ada sampah di sekeliling,” tutupnya.

Baca juga: Pendukung Ado-Damris Penuhi Jalan Yos Sudarso Jelang Debat Pamungkas Calon Bupati Mamuju

Kondisi Pasar Mamuju

Sempat diberitakan sebelumnya, pedagang di Pasar Lama Mamuju, terutama yang berjualan ikan, mengeluhkan kondisi jalan di dalam pasar yang tidak terawat dan terkesan jorok.

Pasar yang berada di Jl. Letjen Hertasning, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) itu kondisinya kian mengkhawatirkan.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, Selasa (9/9/2024) pagi, terlihat akses jalan menuju lapak-lapak penjualan ikan tersebut berlumpur dan becek.

Kurang lebih 30 meter akses jalan hampir semuanya tak layak dilalui oleh para pembeli maupun penjual.

Kondisi ini membuat para pedagang terpaksa mengakali situasi dengan meletakkan berbagai jenis papan maupun balok di jalan tersebut agar bisa dilalui.

Kondisi jalan di pasar lama Mamuju terliihat hitam dan becek, kondisi ini dikeluhkan para pedagang (Lukman/ Tribun Sulbar)

Tak hanya pembuangan air atau drainase yang buruk, kondisi ini juga diperparah oleh terpal yang digunakan para penjual untuk melindungi dagangan mereka dari hujan, yang kini rusak dan robek tak karuan. 

Nampak, sebagian pembeli memilih untuk bertahan berjualan, namun tak sedikit juga penjual yang memilih untuk pulang lebih awal. 

Seorang penjual dengan inisial RM mengungkapkan bahwa kondisi akses jalan yang buruk menyebabkan pengunjung pasar sepi.

“Dulu, biasanya kita buka di sini dari pagi sampai pukul 12 siang, tapi sudah beberapa bulan ini kita pulang jam setengah 10 karena mau diapa, tidak ada juga pembeli,” kata RM kepada Tribun-Sulbar.com saat dijumpai di lapaknya, Senin (9/9/2024) pagi.

Ia juga mengeluhkan bahwa meskipun sempat rutin membayar retribusi pasar, ia tidak merasakan dampak fisik dari retribusi tersebut, sehingga kini memilih untuk berhenti membayar.

“Kalau tidak salah, dulu kita bayar Rp 30 ribu per bulan kita rutin itu, tapi mana ini tidak ada juga perbaikan. 

Pernah juga naik sampai Rp 70 ribu, tapi orang di sini memilih tidak lagi membayar, jadi sekarang tidak ada lagi pajak,” ujarnya menambahkan.

Ia menambahkan bahwa terpaksa harus merogoh kocek tiap bulan untuk membeli terpal yang rusak akibat cuaca.

“Tiap bulan biasa kita beli terpal untuk perbaiki ini, nah itu terpal sampai Rp100 ribu. Bayangkan itu kalau tiap bulan,” keluhnya. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Lukman Rusdi