Dia mengatakan sejak adanya aktifitas penimbunan sampah, ia tidak lagi menghirup udara segar.
Melainkan setiap harinya menghirup udara yang sudah tercemari bau busuk sampah.
Bahkan kata Sukirno, lalat mulai banyak bertebaran masuk ke dalam rumah warga.
"Kita juga datang untuk mengingatkan, kalau kemarin ada perjanjian warga selama 20 hari saja ini penimbunan," ungkapnya.
Sukirno mengatakan sebagian warga buat kesepakatan, aktifitas penimbunan sampah selama 20 hari saja.
Sementara aktifitas penimbunan sampah ini sudah berlangsung sejak Minggu (10/12/2023) lalu.
Sukirno pun menyampaikan permintaannya agar aktifitas penimbunan sampah ini segera ditutup.
Salah satu ibu rumah tangga juga menyampaikan aksi protesnya terhadap pemerintah kelurahan.
"Dalam rumah saya itu baunya seperti bau bangkai, karena lokasi penimbunan berada di belakang rumah saya," terang Musdalia kepada wartawan.
Ibu tiga anak ini mengaku seluruh aktivitas hariannya terganggu akibat bau busuk sampah.
Bahkan ia tidak lagi nyenyak tidur, selalu terbangun lantaran bau sampah yang mengganggu.
"Kalau kita ibadah, itu kita harus tutup hidung, tidur tidak nyaman, makan juga tidak," keluh Musdalia.
Warga ini pun berencana akan memblokade jalan masuk ke lokasi penimbunan sampah.
Lantaran aksi protesnya di kantor Kelurahan Matakali tidak ditanggapi oleh pemerintah setempat.
Lurah Matakali yang hendak mereka temui tidak berada di kantornya, lantaran menghadiri upacara hari jadi Polman.
Warga melanjutkan aksi protesnya, mendatangi pemilik lahan untuk menyampaikan permintaan penutupan ini.
Pemilik lahan dan warga sempat cekcok, dan disepakati untuk menunggu kedatangan pihak pemerintah kelurahan.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli