TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Aset megah Landscape Manakarra Tower berdiri di tengah Kota Mamuju, tepatnya di Jalan Ks Tubun Mamuju adalah bukti tidak cermatnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju merencanakan pembangunan.
Bak Ibarat hutan di tengah kota, semak belukar menyelimuti di atas tanah eks kantor DPRD Mamuju.
Terkadang hewan-hewan berkeliaran, mulai biawak hingga ular.
Di depan Landscape ini juga menjadi tempat pembuangan kulit buah durian pedagang yang menjual di sekitar menara.
Dalam masa transisi kepemimpinan Habsi Wahid berlanjut ke Siti Sutinah Suhardi tak juga menemui titik terang, itu karena tanpa perhitungan yang matang.
"Karena ini suatu program dan kegiatan pemerintah yang tidak direncanakan baik-baik sebelumnya," kata Ketua Komisi DPRD Mamuju, Sugianto, dihubungi via WhatsApp, Minggu (30/7/2023).
Dibangun sejak tahun 2019 dan memakan anggaran APBD senilai Rp 30 Miliar kini dipenuhi tanaman perdu, tiang konstruksinya mulai berlumut, dan terlihat kumuh.
Sugianto mengatakan, asas manfaat pembangunannya digadang-gadang bakal dirasakan masyarakat namun faktanya tidak demikian.
"Ternyata tidak terwujud, itulah susahnya. peralihan kepemimpinan jangan coba-coba membangun sesuatu yang membutuhkan waktu dan anggaran banyak," ujarnya.
Hal ini juga diperparah rasa gengsi Kepala Daerah Kabupaten Mamuju, sebab dari dulu ia sangat mengkritisi rencana Pemkab Mamuju membangun Landscape di tengah keramaian kota.
"Apa gunanya memakai lipstik, kalau dasternya tidak bagus, apa gunanya membangun landscape kalau jalanan banyak yang rusak dan berlubang seperti kubangan perahu, drainasenya banyak kotor dan buntu," tuturnya.
Mangkraknya pembangunan turut diperparah dengan masa pemilu 2024 yang bakal dihelat, artinya masa jabatan Bupati Mamuju akan segera berakhir.
"Mau Pilkada, tambah-tambah lagi, makanya difikir baik-baik kalau mau melanjutkan," imbuhnya.(*)