DBD Sulbar

Wonomulyo dan Matakali Tertinggi Kasus DBD di Polman, Faktor Tumpukan Sampah?

Penulis: Fahrun Ramli
Editor: Nurhadi Hasbi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Dinkes Polman saat melaksanakan pengasapan atau Fogging untuk mencegah DBD di Ponpes yang berada di Desa Battetanga, Kecamatan Binunang, Senin (3/7/2023) sore.

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Dua kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) tertinggi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai Januari hingga Juni 2033.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Polman memaparkan jumlah DBD secara keseluruhan mencapai 139 kasus sejak enam bulan terakhir.

Adapun daerah tertinggi kasus DBD di Polman adalah Kecamatan Wonomulyo capai 28 kasus, disusul Matakali 21 kasus.

Kemudian Polewali 19 kasus, Luyo 17 kasus, Limboro, 15 kasus, dan Campalagian 10 kasus.

Satu orang meninggal dunia suspect DBD, diagnosa rumah sakit alami Dengue Shock Syndrome (DSS), pada Rabu (28/6/2023) lalu.

Pasien yang meniggal tersebut berasal dari Kecamatan Polewali.

Sempat mondok di salah satu ponpes di Binunang.

Kepala Penanganan DBD Dinkes Polman, Syamsul menyebut faktor lingkungan menjadi penyebab utama.

Ia memaparkan kasus terbanyak di Wonomulyo berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

"Saluran air yang tidak mengalir lancar jadi nyamuk cepat berkembang biak, lalu sampah menumpuk," ujar Syamsul kepada wartawan, Kamis (6/7/2023).

Ia menjelaskan dua daerah tertinggi itu menjadi tren kasus tertinggi DBD di Polman.

Penyebabnya sendiri karena faktor lingkungan sekitar yang kurang bersih, air tergenang dan tumpukan sampah.

Antisipasinya, lanjut Syamsul petugas Puskesmas setempat melaksanakan Fogging atau pengasapan.

"Di Sumberjo itu tinggi kasusnya, semau petugas di Puskesmas massif melaksanakan pencegahan," lanjutnya.

Ia menambahkan masyarakat harus sadar diri menerapkan 3 M plus sebagai pencegahan.

Adapun caranya yakin menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas.

Plus hindari gigitan nyamuk dengan cara tidur menggunakan kelambu atau menyalahkan obat nyamuk.

Selain itu ia mengungkapkan gejala DBD ialah demam tinggi, anak-anak bisa lebih rewel dari biasanya.

Kemudian sudah tidur, tidak napsu makan, gusi berdarah, mimisan, kulit timbul bintik-bintik merah dan muntah.

Berikut data jumlah kasus DBD sampai Bulan Mei 2023 Sebanyak 139 Kasus yang tersebar di enam kecamatan.

-Kecamatan Wonomulyo, 28 kasus.

-Kecamatan Matakali, 21 kasus.

-Kecamatan Polewali, 19 kasus.

-Kecamatan Luyo, 17 kasus.

-Kecamatan Limboro, 15 kasus.

- Kecamatan Campalagian, 10 Kasus.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli