"Pengunjung juga bisa merasakan madu asli dari hutan Mamasa, yakni madu trigona," sambung Yohanis.
Yohanis menuturkan, madu trigona merupakan brand desa wisata Taupe.
Madu trigona diolah pihak pemuda desa dengan cara modern tanpa sentuhan tangan atau diperas.
"Madu trigona disedot dengan alat modern dan tidak lagi disentuh oleh tangan, sehingga dijamin higienis," tuturnya.
Sebagian orang menyebut bahwa Buntu Kepa' adalah candu.
Ketika sudah menginjakkan kaki di puncak Buntu Kepa', maka pengunjung tidak pernah merasa bosan untuk kembali menikmatinya.
"Hampir setiap hari saya ke sini hanya untuk menikmati pemandangan alam. Kopi hangat dan madu trigona sangat cocok dinikmati sambil menyaksikan lautan embun pagi," kata Benyamin, pemerhati pariwisata.
Sayangnya, objek wisata ini belum dilirik pemerintah daerah, sehingga masih dikelola dengan cara swadaya masyarakat.
Kendati begitu, jangan khawatir soal fasilitas, pengelola sudah menyediakan beberapa gazebo dan MCK.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, jangan takut soal biaya.
Pengunjung bisa menikmati maha karya ciptaan Tuhan hanya dengan membayar tarif masuk sebesar Rp. 5.000 per orang.
Bagi yang ingin camping, jika bawa tenda sendiri, pengelola hanya memungut tarif Rp. 25 ribu per tenda.
Bagi pengunjung yang ingin camping namun tak miliki tenda, pengelola menyiapkan tenda.
Pengunjung hanya membayar Rp. 70 ribu per tenda untuk kapasitas lima orang.
Untuk harga madu, pemilik mematok Rp. 70 ribu untuk botol besar dan Rp.15 ribu ukuran kecil.
Soal akses jalan, pengunjung tak perlu khawatir, objek wisata ini dapat diakses menggunakan sepeda motor dan mobil.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com/Semuel Mesakaraeng