Gaya Hidup
Psikolog Ratih Ibrahim: Menikahlah Jika Sudah Matang, Bukan karena Terburu-buru Mengejar Status
Pernikahan, lanjutnya, adalah hal yang jauh lebih kompleks daripada sekadar hubungan fisik dan memiliki anak.
TRIBUN-SULBAR.COM- Menikah bukan sekadar membentuk keluarga atau memiliki anak, melainkan komitmen jangka panjang yang membutuhkan kesiapan menyeluruh.
Psikolog Klinis Ratih Ibrahim menegaskan kematangan fisik, mental, sosial, dan ekonomi adalah fondasi utama bagi sebuah rumah tangga yang bahagia dan langgeng.
Menurutnya, kematangan ini akan menentukan bagaimana individu menjalankan peran mereka, termasuk dalam menerima kekurangan pasangan.
Sebagai tim ahli kelompok kerja kesehatan jiwa di Kementerian Kesehatan, Ratih tidak menganjurkan pernikahan di usia muda.
Baca juga: Cek di Sini! Lowongan Kerja Terbaru Adira Finance untuk Berbagai Posisi, Lulusan D3/S1 Bisa Melamar
Baca juga: Amalkan Doa Ini untuk Mendapatkan Jodoh yang Berkah dan Sesuai Hati
Ia berpendapat bahwa kematangan di berbagai aspek tersebut akan menentukan bagaimana individu menjalankan peran mereka dalam rumah tangga, termasuk dalam menerima kekurangan pasangan.
Pernikahan, lanjutnya, adalah hal yang jauh lebih kompleks daripada sekadar hubungan fisik dan memiliki anak.
"Jadi yang udah cukup umur, matang, sehat, lahir batin, secara sosial dan secara ekonomi supaya bisa lebih baiklah kehidupan, pernikahannya,” ungkap Ratih pada suatu acara di bilangan Jakarta, melansir Tribunnwes.com, Minggu (24/8/2025).
Menurutnya, banyak orang merasa sudah siap menikah meski usianya baru 18 tahun.
Namun kenyataan di lapangan, lebih banyak yang justru belum benar-benar siap menghadapi konsekuensi pernikahan.
“Jadi pernikahan bukan lagi perlombaan dan juga bukan lagi menjadi kewajiban. Dulu kan kalau perempuan sampai gak menikah waduh udah deh segala macam stigma ya. Di zaman sekarang, pernikahan menjadi bagian dari pilihan hidup,” tegas Ratih.
Mengelola Diri
Ia menambahkan, kesiapan menikah bukan hanya soal keinginan memiliki pasangan hanya karena merasa siap mental dan memiliki kemampuan finansial.
Seseorang diharapkan memiliki kemampuan mengelola diri, termasuk mengatasi luka emosional yang masih terbawa dari masa lalu.
Luka batin kadang kala, bahkan mungkin sering diabaikan. Padahal, jika tidak terselesaikan, bisa terbawa dalam kehidupan rumah tangga.
Ratih menyebut setiap orang punya daya resiliensi, atau kemampuan alami untuk sembuh dari luka batin.
Nah luka batin ini merupakan pengalaman yang membuat seseorang mengalami trauma.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.