Sandeq Silumba 2025
KISAH Anhar Nelayan Pambusuang Polman Berpetualang ke Jepang Hingga Australia Pakai Sandeq
Perjalanan itu dipimpin oleh orang asing yang tertarik pada kehebatan sandeq
Penulis: Suandi | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Wajahnya legam terbakar matahari, garis-garis tegas di dahi menandakan kerasnya hidup di laut.
Anhar (47), nelayan asal Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar, duduk santai di tepi pantai dengan kaus sederhana bertuliskan “Don’t Forget To” dan topi kain lusuh yang menutupi kepalanya.
Sorot matanya teduh namun menyimpan cerita panjang tentang hidupnya yang tak pernah jauh dari laut dan perahu sandeq.
Baca juga: Polisi Sebut Kericuhan Antar Warga di Tapalang Mamuju Dipicu Perselisihan Antar Siswa Sekolah
Baca juga: Sambut Kapolda Baru, Gubernur SDK Harap Irjen Pol Adi Deriyan Bawa Sulbar Lebih Baik
“Saya terlibat di sandeq sejak tahun 1997. Gara-gara sandeq, saya bisa pergi ke luar negeri. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” ucap Kannana - sapaan akrabnya, saat ditemui di tepi pantai Pamboang, Kabupaten Majene, Minggu (22/8/2025).
Anhar lahir pada 17 Agustus 1977.
Sehari-hari ia mencari ikan di laut, tetapi kecintaannya pada petualangan membuatnya menerima tantangan-tantangan besar.
Dari sekadar nelayan lulusan SD, sandeq telah membawanya menembus batas negara.
Pada tahun 2005, ia berlayar dengan sandeq dari Makassar menuju Almahera, lalu melanjutkan perjalanan ke Jayapura hingga ke perbatasan Solomon–Papua Nugini.
Perjalanan itu dipimpin oleh orang asing yang tertarik pada kehebatan sandeq.
“Orang sempat ragu, kenapa saya berani berlayar dengan ombak besar. Tapi saya tidak pikir sampai ke situ. Saya hanya ingin berpetualang dan memperkenalkan sandeq,” ujarnya.
Petualangan itu mengubah hidupnya.
Ia kemudian menginjakkan kaki di Jepang, Thailand, Singapura, Australia, hingga Taiwan.
Pada 2007, ia bahkan berlayar melewati Laut Cina Selatan menuju Filipina, Taiwan, Okinawa, Nagasaki, hingga Nagoya.
Ekspedisi tersebut berlangsung lebih dari dua bulan.
“Bagi orang luar, sandeq ini luar biasa karena kecepatannya. Dari situ saya mulai dikenal, bahkan pernah diundang sebagai duta Indonesia di Festival Tasmania sebanyak dua kali,” kenangnya.
Selain memperkenalkan sandeq, Anhar juga mendapat banyak ilmu berharga.
Jika sebelumnya ia hanya mengandalkan tanda-tanda alam untuk navigasi, dari ekspedisi bersama orang luar negeri ia belajar sistem navigasi modern.
“Alhamdulillah, sekarang saya bisa sekitar 70 persen pengetahuan modern navigasi. Itu pengalaman berharga,” katanya.
Cinta Anhar pada sandeq belum berhenti.
Bulan depan, ia dijadwalkan ke Korea untuk menemani pelayaran atas undangan seorang warga Korea yang kagum pada keahliannya.
Bagi Anhar, sandeq bukan sekadar perahu. Ia adalah kehidupan.
“Anak muda sekarang masih suka dengan sandeq. Harapan saya, sandeq terus hidup karena inilah identitas kita,” pungkasnya.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Suandi
Kumpul Tenaga Passandeq Pilih Istirahat Hari Ini Etape Kedua DiLanjutkan Besok |
![]() |
---|
Wagub Salim S Mengga: Sandeq Silumba Penting untuk Pelestarian Budaya dan Pariwisata |
![]() |
---|
Sandeq Silumba 2025: Pelestarian Budaya, Pengembangan Pariwisata, dan Penguatan Ekonomi Lokal |
![]() |
---|
Kru Tumbang, Cahaya Zikir Tetap Tercepat di Etape Pertama Sandeq Silumba 2025 |
![]() |
---|
55 Perahu Sandeq Tuntaskan Etape Pertama Sandeq Silumba 2025, Ini Daftar Jawara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.