Paus Sperma

Bangkai Paus Sperma 7 Meter Terdampar di Pantai Baturoro Majene, Dulu Diburu Karena Menggiurkan

Nama Paus Sperma berasal dari kata spermaceti, yaitu zat putih lilin pada rongga kepala.

Editor: Nurhadi Hasbi
Ahmad
PAUS SPERMA - Bangkai paus sperma panjang tujuh meter terdampar di Tanjung Baturoro, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Rabu (24/7/2025). Hal itu menggerkan warga karena ukuran paus sangat besar dan hitam. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Bangkai paus sperma terdampar di pantai Tanjung Baturoro, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Sulbar, Rabu (24/7/2025) siang.

Paus sperma salah satu spesies paus bergigi terbesar di dunia.

Penemuan bangkai paus itu gegerkan warga, karena ukuran puas panjang dan besar.

‎Warga menduga mamalia laut itu terbawa arus ke tepi pantai.

Bangkai paus itu ditemukan sekira pukul 11.00 WITA.

Baca juga: Bangkai Paus Sperma 7 Meter Terdampar di Pantai Tanjung Baturoro Majene, Warga Mengira Kayu

Warga perkirakan bobot paus dengan nama latin Physeter macrocephalus capai 5 ton.

Warga setempat, Ahmad mengatakan, bangkai paus itu sudah membengkak.

Bahkan mulai mengeluarkan bau menyengat.

‎“Saya kira kayu, ternyata paus," kata Ahmad via telepon kepada Tribun-Sulbar.com, Kamis (25/7/2025).

Bangkai paus itu masih tergeletak di bibir pantai.

Warga kesulitan evakuasi jika gunakan tenaga manusia karena berat.

Dikutip dari Wikipedia, paus sperma jantan dewasa dapat tumbuh hingga 20 meter.

Paus sperma memiliki kepala besar dan khas, berisi zat spermaseti.

‎Spesies ini dikenal hidup di perairan dalam.

Sering menyelam hingga kedalaman ribuan meter untuk mencari cumi-cumi raksasa sebagai makanan utama.

‎Warga berharap bangkai paus itu segera ditangani agar tidak mencemari pantai.

Selain itu, akan mengganggu aktivitas nelayan dan warga karena akan busuk.

Mengapa Dinamai Paus Sperma?

Paus sperma, salah satu spesies paus terbesar di lautan.

Bukan hanya karena ukurannya sehingga hewan mamalia laut ini menarik perhatian.

Tetapi, karena namanya unik.

Spesies ini dikenal sebagai Sperm Whale (nama ilmiah: Physeter macrocephalus).

Paus Sperma merupakan predator bergigi terbesar di dunia.

Nama Paus Sperma berasal dari kata spermaceti, yaitu zat putih lilin pada rongga kepala.

Dulu, para pemburu paus keliru mengira zat tersebut sebagai sperma.

Sehingga, menamakan Sperm Whale.

Spermaceti sendiri adalah zat berfungsi membantu paus mengatur daya apung.

Juga memfokuskan suara saat menggunakan ekolokasi.

Ekolokasi adalah kemampuan beberapa hewan menentukan posisi benda di sekitar mereka dengan memancarkan suara dan mendengarkan gema yang kembali.

Istilah ini juga dikenal sebagai sonar biologis. 

Tumbuh Hingga 20 Meter

Paus sperma dapat tumbuh hingga 20 meter.

Kemudian berat bisa mencapai 57 ton.

Kepalanya besar, bisa mencapai sepertiga dari panjang tubuh.

Fungsi kepada besar paus sperma sebagai ruang resonansi untuk suara.

Hewan ini mengandalkan ekolokasi untuk berburu di kedalaman laut.

Dapat menyelam hingga kedalaman lebih dari 1.000 meter dalam satu kali penyelaman.

Sebagai pemangsa, paus sperma terutama memakan cumi-cumi raksasa.

Termasuk spesies yang hidup di zona abyssal laut dalam.

Gigi-giginya besar dan tajam hanya tumbuh di rahang bawah.

Berfungsi untuk menangkap dan menahan mangsa.

Paus sperma tersebar luas di semua samudra dunia.

Spesies ini cenderung hidup berkelompok. Terutama betina dan anak-anaknya. 
Sementara itu, paus jantan dewasa kerap menyendiri.

Berpindah dari perairan tropis ke kutub seiring pertambahan usia.

Dulu Diburu Besar-besaran

Paus sperma termasuk dalam daftar spesies rentan (Vulnerable) menurut IUCN Red List.

Pernah diburu besar-besaran pada abad ke-18 dan 19 karena nilai komersial spermaceti dan minyaknya.

Ancaman terhadap spesies ini meliputi polusi laut, tabrakan kapal, dan terjerat jaring ikan.

Pemerhati laut dan konservasionis mengimbau pentingnya pelestarian paus sperma.

Paus sperma punya peran krusial dalam ekosistem laut dalam.

Keberadaan paus sperma tidak hanya mempertahankan rantai makanan.

Ia berkontribusi pada sirkulasi nutrisi laut.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved