Berita Majene

Pedagang Pasar Sentral Majene Pertanyakan Keamanan Pasar Usai 5 Kios Dibobol Maling

‎Pedagang mendesak agar pihak pengelola pasar dan instansi terkait segera mengevaluasi sistem keamanan serta menyampaikan laporan transparan penggunaa

Penulis: Anwar Wahab | Editor: Munawwarah Ahmad
Polres Majene
PEMBOBOLAN TOKO - Penampakan ruko pedagang di lantai dua Pasar Sentral Majene, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene saat dibobol maling, Rabu (18/6/2025) sore 

TRIBUN-SULBAR.COM MAJENE, – Para pedagang di Pasar Sentral Majene kembali dibuat resah.

Sistem keamanan pasar yang dinilai tidak efektif menjadi sorotan, setelah lima lapak di lantai dua pasar dibobol secara bersamaan, Kamis (19/6/2025) malam. ‎Pembobolan terjadi sekitar pukul 17.00 WITA. 

Pelaku mencungkil dan merusak pintu lapak sebelum menggondol puluhan pakaian wanita dan anak-anak.

Baca juga: Truk Sudah Bisa Melintasi Lokasi Longsor di Karossa Mamuju Tengah, Masih Pembersihan

Baca juga: Bank Indonesia Sulbar Sukses Gelar KKE dan PES 2025, Komitmen dan Panggung UMKM

‎“Modusnya mendorong dan mencungkil pintu. Total ada lima ruko yang dibobol. Barang yang hilang didominasi pakaian. Kerugian ditaksir Rp 1,5 juta,” kata Kasat Reskrim Polres Majene, AKP Laurensius M. Wayne, Jumat (20/6/2025).

‎Namun, pencurian ini bukan sekadar soal kerugian materi. Pedagang ramai-ramai menyuarakan kekecewaan terhadap sistem keamanan pasar yang dinilai tak sebanding dengan iuran yang mereka bayarkan setiap bulan.

‎Seorang pedagang Maya, meluapkan kekesalannya, menurutnya kabar tersebut sangat membuatnya kecewa lantaran ia beserta pedagang lainya selalu membayar iuran keamanan.

‎“Hampir tiap malam ada pembobolan. Yang paling parah ini, lima penjual sekaligus. Mana ini keamanan? Tiap bulan kami bayar!” kata Maya kepada wartawan, saat ditemui di pasar Sentral Majene, Minggu (22/6/2025).

‎Menurutnya Iuran keamanana dipertanyakan para pedagang itu, iuran untuk keamanan dan kebersihan sebesar Rp 10 ribu per bulan, di luar biaya retribusi kios dan los yang berkisar antara Rp 7 ribu hingga Rp 15 ribu per bulan.

Dengan ratusan kios dan los aktif, dana yang terkumpul dari pasar ini setiap bulan terbilang signifikan.

‎Namun para pedagang menilai, layanan keamanan yang diberikan tidak sebanding dengan dana yang mereka setor.

‎“Kami ini rutin bayar tiap bulan, tapi kenyataannya tidak ada petugas yang berjaga saat malam. Kalau keamanan tidak bekerja, buat apa kami bayar?” ujar seorang pedagang lainnya kepada wartawan.

‎Mereka juga mengungkap bahwa kasus pencurian telah terjadi berulang dalam beberapa bulan terakhir, namun tak kunjung ada kejelasan maupun tindakan tegas dari pihak pengelola pasar. 

‎Pedagang mendesak agar pihak pengelola pasar dan instansi terkait segera mengevaluasi sistem keamanan serta menyampaikan laporan transparan penggunaan dana iuran keamanan.

‎“Ini harus diaudit. Ke mana uang yang kami bayar tiap bulan? Jangan sampai kami terus-menerus jadi korban,” tegasnya.

‎Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pengelola pasar. Sementara polisi menyatakan penyelidikan masih berlangsung dan mengimbau para pedagang tetap tenang.

‎Laporan wartawan Tribun Sulbar.com Anwar Wahab

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved