Profil Jendral Polisi

Kisah Perjalanan Karier Mendiang Komjen Jusuf Manggabarani,Sang Jendral dari Tanah Mandar

Saat itu, Jusuf Manggabarani yang baru dua bulan berusia 51 tahun dan menyandang pangkat inspektur jenderal polisi, tengah menghadapi cobaan besar

Editor: Abd Rahman
istemewa
KABAR DUKA - Kabar duka menyelimuti institusi Kepolisian Republik Indonesia. Komjen Pol (Purn) Drs. Jusuf Manggabarani, seorang jenderal bintang tiga asal Makassar yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), meninggal dunia hari ini, Selasa (20/5/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM- Kepolisian Negara Republik Indonesia kembali berduka atas wafatnya salah satu putra terbaiknya, Komjen. Pol. (Purn.) Jusuf Manggabarani. 

Mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia ini meninggal dunia pada hari ini, Selasa, 20 Mei 2025, dalam usia 72 tahun.

Jusuf Manggabarani lahir pada 11 Februari 1953 dari pasangan Andi Hasan Manggabarani dan Andi Mani Intan. 

Almarhum merupakan lulusan Akabri tahun 1975 dan dikenal luas sebagai putra daerah Sulawesi Barat yang berasal dari Polewali Mandar.

Dikutip dari Wikpedia, sepanjang kariernya di Korps Bhayangkara, Jusuf Manggabarani telah menorehkan jejak pengabdian yang panjang dan cemerlang. 

KABAR DUKA -  Kabar duka menyelimuti institusi Kepolisian Republik Indonesia. Komjen Pol (Purn) Drs. Jusuf Manggabarani, seorang jenderal bintang tiga asal Makassar yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), meninggal dunia hari ini, Selasa (20/5/2025).
KABAR DUKA - Kabar duka menyelimuti institusi Kepolisian Republik Indonesia. Komjen Pol (Purn) Drs. Jusuf Manggabarani, seorang jenderal bintang tiga asal Makassar yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), meninggal dunia hari ini, Selasa (20/5/2025). (istemewa)

Ia memulai perjalanan dinasnya sebagai Pama Komdak XV/Bali pada tahun 1975, sebelum mengemban berbagai posisi strategis, termasuk sejumlah jabatan di Satuan Brigade Mobil (Brimob).

Beberapa jabatan penting yang pernah dipegangnya antara lain:

Kasat Brimob Polda Sulselra (1990)

Kapolwiltabes Ujung Pandang (1997)

Kapolwiltabes Bandung (1998)

Wakapolda Sulsel (1999)

Kakor Brimob Polri (2001)

Kapolda Aceh (2002)

Kapolda Sulsel (2003)

Kadiv Propam Polri (2005)

Irwasum Polri (2007)

Puncak kariernya adalah ketika menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia mendampingi Jenderal Timur Pradopo dari tahun 2010 hingga pensiun pada 2011.

Selain berdedikasi tinggi dalam menjalankan tugas, Jusuf Manggabarani juga memiliki riwayat pendidikan yang mumpuni, antara lain:

Akabri (1975)

Jurpa Brimob (1975)

PTIK (1984)

Sespim (1987)

Sespati (1999)

Kisah Kelam Komjen. Pol. (Purn.) Jusuf Manggabarani.

Kepergian Komjen. Pol. (Purn.) Jusuf Manggabarani pada 20 Mei 2025 lalu membawa kembali ingatan akan sebuah kisah yang merefleksikan ketegaran dan filosofi hidupnya. 

Sebuah momen yang terjadi 21 tahun silam, tepatnya pada Ahad, 2 Mei 2004, di rumah jabatan Kapolda Sulawesi Selatan di Makassar.

Saat itu, Jusuf Manggabarani yang baru dua bulan berusia 51 tahun dan menyandang pangkat inspektur jenderal polisi, tengah menghadapi cobaan besar.

Jenderal Dai Bachtiar, yang kala itu menjabat Kapolri, telah mencopotnya dari jabatan Kapolda Sulsel.

Momen menjelang azan Magrib itu terasa begitu hening dan penuh duka. 

Namun,Jusuf Manggabarani memilih untuk menghadapi situasi tersebut dengan ketegaran yang luar biasa. 

"Mana kopiiii. Kopi paling pahiiiiiiiiiittt.." ujarnya lantang, memecah kesunyian rumah.

Istrinya, AKBP Sumiati, mendekat dan berbisik bahwa putra mereka, Edy Sabara, yang kala itu merupakan taruna tahun kedua di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, terus menelepon sambil menangis. 

Baca juga: Polres Mamasa Segera Panggil Saksi-saksi Pengrusakan Makam di Balla Mamasa

Baca juga: Tokoh Literasi Majene Sebut Jenderal Jusuf Manggabarani Punya Integritas dan Menginspirasi

Ketika telepon tersambung dan suara isak tangis Edy terdengar, Jusuf Manggabarani berujar tegas, 

"Ehhh, diam. Diam. Anak lelaki jangan nangis."

Jusuf kemudian melanjutkan dengan senyum, 

"Nah, begitu… Bapak baik-baik saja. Saya ini laki-laki Nak. Laki-laki itu harus tegar, Ini risiko jabatan. Risiko jadi komandan."

Filosofi Hidup Sang Jenderal

Pada momen itu, Jusuf Manggabarani menyampaikan sebuah petuah yang tak lekang oleh waktu kepada putranya:

“Dengar baik-baik Nak! Lelaki itu cuma satu kali menangis. Saat dia dilahirkan saja. Tapi saat itu, semua orang di sekelilingnya tersenyum bahagia. Ingat, setelah itu lelaki tak pernah lagi menangis. Dia hidup menjalani tanggung jawabnya dan meninggal dengan tersenyum. Saat itu, semua orang sekitarnyalah menangis. Jadilah lelaki, menangis hanya satu sekali.”

Pesan ini menunjukkan kedalaman pemikiran dan prinsip hidupnya yang kuat. 

Ia ingin mengajarkan kepada putranya tentang pentingnya ketegaran dan tanggung jawab dalam menghadapi setiap tantangan.

Puisi dan Warisan Ketegaran

Setelah momen mengharukan itu, Jusuf Manggabarani menjadi imam salat Magrib.

Ia bahkan meminta seorang jurnalis dari Tribun yang hadir saat itu untuk merekam puisinya:

“Pada waktu saya tertidur, Saya melihat hidup ini begitu indah. Tapi ketika saya terbangun, saya baru menyadari bahwa hidup ini adalah tanggung jawab.”

Kisah ini kemudian menjadi tajuk utama di halaman depan Tribun Timur edisi Senin, 3 Mei 2004, dengan judul yang ikonik: 

“Manggabarani, Saya ini Laki-laki Nak.”

Dua belas tahun kemudian, pada 2016, saat Edy Sabara telah menjabat Kepala Unit Jatanras Reskrim Polrestabes Makassar, ia hanya tersenyum mendengar kembali kisah "pesan lelaki hanya menangis sekali" dari ayahnya.

Dan pada Selasa (20/5/2025) kemarin, saat kabar duka meninggalnya Jusuf Manggabarani disampaikan,Edy Sabara yang kini menjabat Kapolres Pinrang dengan pangkat AKBP, terdengar tegar di balik telepon. 

Di rumah duka, meskipun bola matanya berkaca-kaca, ia tetap mencoba tegar, melanjutkan warisan ketegaran yang diajarkan sang ayah.

Kisah Jusuf Manggabarani bukan hanya tentang seorang perwira tinggi Polri, melainkan juga tentang seorang ayah yang mengajarkan arti ketegaran dan tanggung jawab,sebuah filosofi hidup yang akan selalu dikenang.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved