Profil Jendral Polisi

Kisah Perjalanan Karier Mendiang Komjen Jusuf Manggabarani,Sang Jendral dari Tanah Mandar

Saat itu, Jusuf Manggabarani yang baru dua bulan berusia 51 tahun dan menyandang pangkat inspektur jenderal polisi, tengah menghadapi cobaan besar

Editor: Abd Rahman
istemewa
KABAR DUKA - Kabar duka menyelimuti institusi Kepolisian Republik Indonesia. Komjen Pol (Purn) Drs. Jusuf Manggabarani, seorang jenderal bintang tiga asal Makassar yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri), meninggal dunia hari ini, Selasa (20/5/2025). 

"Mana kopiiii. Kopi paling pahiiiiiiiiiittt.." ujarnya lantang, memecah kesunyian rumah.

Istrinya, AKBP Sumiati, mendekat dan berbisik bahwa putra mereka, Edy Sabara, yang kala itu merupakan taruna tahun kedua di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, terus menelepon sambil menangis. 

Baca juga: Polres Mamasa Segera Panggil Saksi-saksi Pengrusakan Makam di Balla Mamasa

Baca juga: Tokoh Literasi Majene Sebut Jenderal Jusuf Manggabarani Punya Integritas dan Menginspirasi

Ketika telepon tersambung dan suara isak tangis Edy terdengar, Jusuf Manggabarani berujar tegas, 

"Ehhh, diam. Diam. Anak lelaki jangan nangis."

Jusuf kemudian melanjutkan dengan senyum, 

"Nah, begitu… Bapak baik-baik saja. Saya ini laki-laki Nak. Laki-laki itu harus tegar, Ini risiko jabatan. Risiko jadi komandan."

Filosofi Hidup Sang Jenderal

Pada momen itu, Jusuf Manggabarani menyampaikan sebuah petuah yang tak lekang oleh waktu kepada putranya:

“Dengar baik-baik Nak! Lelaki itu cuma satu kali menangis. Saat dia dilahirkan saja. Tapi saat itu, semua orang di sekelilingnya tersenyum bahagia. Ingat, setelah itu lelaki tak pernah lagi menangis. Dia hidup menjalani tanggung jawabnya dan meninggal dengan tersenyum. Saat itu, semua orang sekitarnyalah menangis. Jadilah lelaki, menangis hanya satu sekali.”

Pesan ini menunjukkan kedalaman pemikiran dan prinsip hidupnya yang kuat. 

Ia ingin mengajarkan kepada putranya tentang pentingnya ketegaran dan tanggung jawab dalam menghadapi setiap tantangan.

Puisi dan Warisan Ketegaran

Setelah momen mengharukan itu, Jusuf Manggabarani menjadi imam salat Magrib.

Ia bahkan meminta seorang jurnalis dari Tribun yang hadir saat itu untuk merekam puisinya:

“Pada waktu saya tertidur, Saya melihat hidup ini begitu indah. Tapi ketika saya terbangun, saya baru menyadari bahwa hidup ini adalah tanggung jawab.”

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved