Debat Capres

Pengamat Sebut Gestur Komunikasi Capres Saat Debat Picu Polarisasi di Media Sosial

Menurutnya, untuk menilai siapa yang unggul di debat capres Pemilu 2024 malam ini bisa dilihat dari tiga sisi.

Penulis: Suandi | Editor: Munawwarah Ahmad
KOMPAS.com/ANDIKA BAYU SETYAJI)
Ilustrasi kandidat capres, Prabowo Subianto (kiri), Ganjar Pranowo (tengah) dan Anies Baswedan. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Pengamat komunikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene Sulawesi Barat (Sulbar), Nurul Islam memprediksi debat terakhir calon presiden (Capres) akan berjalan sengit.

Menurutnya, untuk menilai siapa yang unggul di debat capres Pemilu 2024 malam ini bisa dilihat dari tiga sisi.

Pertama, kata Nurul, unggul dari sisi konten.

"Tema debat terakhir ini potensi memiliki visi dan misi yang berbeda serta memiliki tekanan dan fokus masing-masing," ujarnya kepada Tribun-Sulbar.com, Minggu (4/2/2024).

Debat capres Pemilu 2024 malam ini, 4 Februari 2024 akan disiarkan pukul 19.00 WIB.

KPU RI pada debat terakhir Debat Capres Pemilu 2024 malam ini mengangkat tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.

Debat kelima capres 2024 menjadi debat yang terakhir bagi capres nomor urut 01, Anies Baswedan; capres nomor urut 02, Prabowo Subianto; dan capres nomor urut 03, Ganjar Pranowo.

Kata Nurul, siapa nantinya yang akan unggul dalam debat sifatnya relatif. Namun, perbagian sub tema akan dimenangkan per Capres.

"Seperti ketenagakerjaan menjadi fokus paslon nomor urut 3 (Ganjar), Pendidikan fokus paslon nomor urut 1 (Anies), dan teknologi informasi fokus paslon nomor 2 (Prabowo), hal itu didasari pada pengalaman dan latar belakang pendidikan," sambungnya.

Kedua kata Nurul, capres yang unggul bisa dilihat dari Sisi retorika.

Tentunya, setiap capres memiliki style dan retorika masing-masing. Bila merujuk pada debat sebelumnya tentunya menjadi karakter para paslon.

Ketiga, unggul dari sisi gestur. Hal ini menjadi perhatian masyarakat sendiri, sebab flashback ke berapa debat sebelumnya, tidak sedikit masyarakat menyoriti soal sisi body language (bahasa tubuh) ketika paslon menjawab atau memberikan respon balik atas pertanyaan dan sanggahan dari paslon lain.

"Body language ini memiliki sorotan yg memicu polarisasi di media Sosial. Polarisasi ini terbentuk disebabkan oleh sentimen negatif terhadap bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh paslon. Potensi ini merugikan paslon itu sendiri. Meskipun secara kuantitatif sedikit (bila dibandingkan dengan jumlah di dunia nyata) namun dapat membentuk polarisasi.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved