Pengajar Cek Fakta AJI Indonesia Ungkap 1.467 Informasi Sesat Tersebar di Medsos Saat Pemilu 2019

isu-isu yang menjadi sasaran informasi sesat, seperti Capres-Cawapres, legislatif, dan penyelenggara pemilu

Editor: Ilham Mulyawan
AJI Kota Makassar
pelatihan cek fakta dan verifikasi informasi jelang Pemilihan Umum 2024, yang dilaksanakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Makassar. 

TRIBUN-SULBAR.COM - Pengajar cek fakta dari AJI Indonesia, Nurdin Amir menyebutkan tak menutup kemungkinan informasi sesat, berpotensi muncul menjelang pemilu 2024 mendatang.

Dia mencontohkan misinformasi, disinformasi, dan malinformasi, serta mengingatkan tentang potensi penyebaran informasi palsu tinggi menjelang pemilu.

Sehingga disinilah peran krusial jurnalis dan media, dalam memberikan informasi yang akurat.

Baca juga: AJI Makassar Latih 20 Jurnalis Hadapi Ancaman Informasi Hoaks di pemilu 2024

“Peran kita (jurnalis) penting untuk memberikan informasi yang benar,” kata Nurdin Amir yang tampil sebagai pemateri pada giat pelatihan cek fakta dan verifikasi informasi jelang Pemilihan Umum 2024 di Vasaka Hotel, Makassar, Sabtu (14/10/2023).

Kegiatan ini diikuti 20 jurnalis.

Nurdin juga menegaskan, dari data penyebaran informasi tidak akurat pada tahun 2019 tercatat 1.467 informasi sesat.

Mayoritas tersebar di platform seperti Facebook, Twitter, dan WhatsApp.

“Jadi, beragam dan pola sebaran hoaks jelang pemilu 2019. Ini bisa saja meningkat Tahun 2024,” tutur Ketua AJI Makassar periode 2019-2022.

Dia juga memberi perhatian jika Facebook menjadi platform yang sangat rentan terhadap penyebaran informasi palsu, karena penggunaannya yang tersebar luas hingga pelosok-pelosok.

Lalu, isu-isu yang menjadi sasaran informasi sesat, seperti Capres-Cawapres, legislatif, dan penyelenggara pemilu. Hanya saja tren penyebaran hoaks di tahun politik mendatang belum dapat diprediksi.

"Ini membuktikan betapa pentingnya peran jurnalis dalam menghadapi penyebaran informasi palsu," ujar Nurdin Amir.

Pamteri lainnyam, Inggried Dwi Wedhaswary menambahkan jika penyebaran informasi palsu di Facebook masih menjadi perhatian utama.

Tetapi ia memprediksi bahwa platform digital TikTok akan mendominasi dalam tahun politik mendatang.

"Pemilih generasi Z saat ini banyak menggunakan TikTok, dan sirkulasi informasi palsu di sana semakin meningkat. TikTok belum memiliki mekanisme yang efektif untuk menangani hal ini, yang bisa menjadi masalah pada tahun 2024," ungkap Inggried.

Inggried yang merupakan anggota tim cek fakta Kompas.com juga menekankan pentingnya verifikasi informasi dengan menggabungkan lima pilar penting, yaitu asal-usul, waktu, lokasi, sumber dan motivasi. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved