BKKBN Sulawesi Barat
BKKBN Pusat: Sulbar Layak Terapkan Kewaspadaan Tingkat Satu Masalah Stunting
Sulbar merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi pada tahun 2022.
Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Sekretaris utama BKKBN pusat, Tavip Agus Rayanto, mengatakan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) layak menerapkan kewaspadaan tingkat satu untuk persoalan stunting.
Stunting merupakan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Akibatnya tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Sulbar merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas yang memiliki prevalensi stunting tertinggi pada tahun 2022.
Lima wilayah kabupaten di Sulbar masuk 76 Kabupaten/kota di Indonesia berkategori mereh.
Status merah disematkan untuk wilayah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi diatas kisaran 30 persen.
"Kalau kita mengacu pada data SSGI 2021, Sulbar ini layak menerapkan kewaspadaan tingkat satu," terang Tavip Agus Rayanto dalam sambutanyan di di Baal Room, Hotel Maleo, Jl Yos Sudarso, Kelurahan Binanga, Jumat (18/3/2022).
Bahkan lanjut dia, Polewali Mandar, Majene, dan Mamasa memiliki prevalensi di atas angka 33 persen.
Padahal batas ambang atas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO adalah 20 persen.
Mamuju mempunyai angka prevalensi 30,3 persen.
"Analogi sederhanyanya, jika Polewali Mandar mempunyai skor prevalensi 36 persen, itu berarti ada 36 anak dikategorikan stunting diantara 100 anak yang ada di Polewali Mandar," sebutnya.
Maka dari itu BKKBN Sulbar sendiri saat ini sosialisasikan program percepatan penurunan angka stunting.
Program tersebut bernama Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI).
Program nasional untuk mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024 mendatang.
Para peserta berasal dari berbagai kalangan yang berkaitan dengan pencegahan dan penurunan stunting.
Dia katakan, apabila diterapkan secara nasional di seluruh daerah di Indonesia, maka akan membawa dampak signifikan untuk penurunan stunting.
Secara nasional, angka stunting atau kasus kurang gizi kronis di Sulbar masih tertinggi kedua, setelah Nusa Tenggara Timur, yang mencapai 43,8 persen.
Prevalensi stunting secara nasional, Sulbar masih mencapai 33,8 persen atau sekitar 86 ribu anak.
Kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Akibatnya tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kabupaten Majene, menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi di Sulbar, mencapai 35,7 persen.
Kemudian disusul Kabupaten Mamasa 33,7 persen dan Pasangkayu 28,6 persen.
Sementara Polewali Mandar 36 persen, Mamuju 30,3 persen dan Mamuju Tengah 26,3 persen.
Untuk itu program Ran Pasti tersebut sangat di harapkan dapat berjalan baik di Sulbar.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli