TRIBUN-SULBAR.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, terjadi deflasi sebesar 0,02 persen pada bulan Februari 2022.
Deflasi itu imbas dari diberlakukannya satu harga minyak goreng.
Akan tetapi, deflasi tersebut tak terjadi pada inflasi inti. Pasalnya, pada bulan yang sama, inflasi inti tercatat mencapai 0,2 persen secara bulanan.
Inflasi inti biasanya digunakan sebagai indikator untuk melihat peningkatan dan penurunan daya beli masyarakat.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, sejumlah komoditas, seperti tarif sewa rumah, sabun deterjen bubuk dan cair, upah asisten rumah tangga, kendaraan mobil, dan emas perhiasan.
Baca juga: Antisipasi Kelangkaan Minyak Goreng, Polres Pasangkayu Bentuk Tim Satgas Pangan
Baca juga: Inflasi di Mamuju Naik 1,21 Persen, 3 Kelompok Ini Sumbang 2,28 Persen
Kesemua komoditas tersebut menjadi yang dominan dalam menyumbang tingkat inflasi inti.
"Ada beberapa komoditas dominan pendorong komponen inti. Komoditas tadi adalah komponen inti yang mengalami peningkatan," kata Setianto dalam konferensi pers, Selasa (1/3/2022).
Tingkat inflasi inti secara tahunan mencapai 2,03 persen. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak September 2020 yang saat itu mencapai 1,86 persen secara tahunan.
Adapun komponen harga yang diatur oleh pemerintah juga mengalami inflasi yang memberikan andil 0,03 persen yang berasal dari kenaikan bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, serta rokok putih.
Sedangkan, komponen harga bergejolak mengalami deflasi dengan andil 0,25 persen.
"Komoditas utamanya adalah minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, serta cabai rawit. Itu komoditas yg memberikan andil deflasi sebesar 0,25 persen untuk komponen komoditas harga bergejolak," jelasnya.
(Tribun-Sulbar.com/Al Fandy Kurniawan)