Berita Majene

Warga Talumung Majene Keluhkan Aktivitas Galian C Buat Jalan Rusak, Drainase Tersumbat

Ketua Komite Aktivis Mahasiswa Rakyat Indonesia (KAMRI) Rahman, galian C tersebut sangat mengganggu aktivitas warga.

Penulis: Anwar Wahab | Editor: Nurhadi Hasbi
Anwar Wahab/Tribun-Sulbar.com
Kondisi Jalan di BTN Lembang Permatasari, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Senin (6/1/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE  – Warga di sekitar Kampus Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) keluhkan aktivitas galian C yang diduga ilegal di Lingkungan Talumung, Kecamat Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar.

Aktivitas galian C itu membuat lingkungan, infrastruktur rusak.

Selain itu, kesejahteraan warga disebut terganggung.

Ketua Komite Aktivis Mahasiswa Rakyat Indonesia (KAMRI) Rahman, galian C tersebut sangat mengganggu aktivitas warga.

Terutama warga yang bermukim di BTN Lembang Permatasari, Kelurahan Tande Timur, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene

"Jalan rusak, becek dan drainase tersumba," kata Rahman kepada Tribun-Sulbar.com, Senin (6/1/2025).
Salah satu masalah yang paling mencolok adalah terjadinya kerusakan jalan, terutama di kompleks perumahan BTN Lembang Permatasari. 

Dikatakan, setiap kali hujan turun, jalan kompleks tersebut dipenuhi lumpur.

Kondisi itu membuat jalanan sangat sulit untuk dilalui, khususnya oleh pengendara sepeda motor. 

Selain itu, truk pengangkut material sering kali menumpahkan tanah ke jalan, menghambat aliran air pada saluran drainase. 

Akibatnya, saluran drainase sering tersumbat, memicu terjadinya banjir yang merugikan warga.

“Setiap hujan turun, kami harus menghadapi jalan yang berlumpur dan sulit dilalui. Tidak hanya itu, tumpahan tanah dibawa truk membuat saluran air kami tersumbat, dan itu menyebabkan banjir merendam rumah warga,” tuturnya.

Selain masalah infrastruktur, Rahman juga menyebutkan, aktivitas galian C ilegal ini telah mengganggu resapan air di daerah tersebut. 

Baca juga: Pengendara Keluhkan Tanah Galian C Tutupi Badan Jalan Moh Hatta Pasangkayu, Timbulkan Debu

Terjadi pengurangan fungsi resapan air dari atas gunung, mengakibatkan aliran air dari atas bukit menjadi lebih deras. 

Hal ini memperburuk potensi banjir dan erosi tanah yang dapat merusak kawasan pemukiman warga.

“Dampaknya sangat jelas. Aktivitas ini mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air, yang berujung pada meningkatnya volume air yang mengalir dari bukit. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, terutama di musim hujan seperti sekarang,” ungkap Rahman.

Rahman dan sejumlah warga sekitar menyatakan kekhawatirannya terhadap kelanjutan aktivitas galian C ilegal tersebut. 

Mereka meminta kepada pihak kepolisian setempat, dalam hal ini Polres Majene, untuk segera bertindak tegas dan menghentikan kegiatan pengerukan pasir dan batu gunung yang dianggap ilegal itu.(*)

Laporan wartawan tribun Sulbar.com Anwar Wahab

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved