Wawancara Khusus

Wawancara Khusus SDK: Unggul QC Pilgub Sulbar Belajar dari Kesalahan Hingga Didoakan Anak Pesantren

Wawancara khusus dengan Suhardi Duka dilaksanakan di kediaman prubadinya di Jl Husni THamrin, Kelurahan Binanga, Kabupaten mamuju, Sulawesi Barat

Penulis: Suandi | Editor: Ilham Mulyawan
suandi
Suhardi Duka saat wawancara khusus dengan Tribun Sulbar, Senin (2/12/2024 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Quick count pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Barat (Sulbar) telah masuk 100 persen.

Hasil hitung cepat Charta Politika mengunggulkan pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur Sulbar nomor urut 3 Suhardi Duka (SDK) - Mayjen TNI (Purn) Salim S Mengga.

Pasangan ini unggul dengan perolehan suara 46,11 persen.

Tribun-Sulbar.com mendapatkan kesempatan melakukan wawancara khusus dengan Suhardi Duka di kediamannya, Jl Husni Thamrin, Mamuju, Senin (2/12/2024).

Podcast dipandu content manager Tribun Sulbar, Ilham Mulyawan Indra.

Berikut isi wawancaranya:

Host: Selamat pak ini atas kemarin telah hitung cepat berada di posisi teratas. Setelah mengetahui kemarin hasil quick count bagaimana bisa tidur nyenyak Pak? 

Suhardi Duka: Ya,  pada umumnya kalau orang menang pasti senang dan bahagia dan tidurnya biasa-biasa aja. Tapi yang jelas setelah kita dinyatakan menang oleh perhitungan cepat yang jaraknya begitu jauh. Kita sibuk merima ucapan selamat dari teman dan handai taulan dan itu yang saya lakukan kemudian, selang beberapa hari saya ke Polman untuk temui pasangan saya (Salim S Mengga) dan kami bahagia bersama-sama.

Tapi tetap terukur karena kita juga harus toleran. Perasaan kita bahagia, happy dengan seluruh tim tentunya kita juga harus jaga toleransi, perasaan teman kita yang lain supaya kita tidak saling menyakiti. Itu yang saya jaga.

Host: Sebelum atau H-1sebelum pencoblosan kira-kira apakah ada doa bersama atau mungkin ibadah khusus yang mungkin Bapak Suhardi Duka lakukan.

Suhardi Duka: Sebagai umat beragama utamanya Kita muslim, saya setiap malam Jumat dalam hampir setahunlah kira-kira, anak-anak pesantren saya setiap malam Jumat di rumah untuk kita zikir dan doa bersama.

Bukan hanya itu, dari golongan agama lain juga ada yang melakukan hal yang sama. Jadi saya bukan hanya didoakan oleh umat Islam, tapi umat lain juga memberitahu kepada saya bahwa kami pak doa rutin setiap minggu. Saya katakan silakan. Jadi, selain usaha doa juga kita lakukan.

Host:  Kemudian, ini merupakan kali kedua mengikuti pemilihan gubernur Sulawesi Barat. Kira-kira kemenangan pada kontestasi ini apakah merupakan hasil evaluasi dari Pilgub lalu atau bagaimana?

Suhardi Duka: Saya kira, hanya keledai lah yang bisa jatuh di lubang yang sama. Kita manusia tentu kita evaluasi kita kaji, kemudian kita buat perencanaan yang matang. Apa yang menjadi kekurangan yang lalu, kita tutup apa yang menjadi kelebihan yang lalu kita moderasi, kita maksimalkan sehingga pencapaian yang kita capai 27 November kemarin itu bukan serta merta, tapi itu adalah desain yang panjang kemudian kerja tim yang cukup besar dan sekaligus juga tentu disetujui oleh Allah subhanahu wa taala.

Host : Mantap sekali, salah satu visi Anda ini adalah pembangunan Sulawesi Barat kemudian juga memiliki kemampuan yang beradaptasi dengan perubahan zaman. Bisa dijelaskan secara spesifik kira-kira seperti apa konsepnya pak?

Suhardi Duka: Ekonomi itu tidak lagi tumbuh secara lokalistik tapi tumbuh secara global. Olehnya itu, kalau kita ingin pertumbuhan kita harus mampu membaca dan sekaligus menangkap peluang. Perubahan-perubahan yang terjadi baik itu perubahan secara nasional dan perubahan secara global.

Olehnya itulah di dalam visi kami, kita harus mampu mengikuti irama itu. Jangan latah ya karena ekonomi itu selalu mencari keseimbangan. Jadi, harga itu selalu pada ekilibrium jadi kalau kita mau masuk atau menciptakan suatu kelas ekonomi tapi terlalu pasarannya tumpah maka harganya akan menjadi rendahah dengan demikian kita juga nanti akan mempelajari itu dan menyesuaikan dengan apa yang kita lakukan di Sulawesi Barat.

Sehingga dengan demikian, sebesar apapun yang kita lakukan di Sulawesi Barat itu punya nilai dan margin yang bisa diterima oleh masyarakat. Apakah itu petani, apakah itu pedagang sehingga ada untung karena kalau tidak ada untung ya tidak ada pendapatan. 

Kalau gak ada pendapatan gak ada belanja, tidak ada belanja gak ada pertumbuhan. Itu yang kita akan lakukan.

Host: Iya, kemudian Pak SDK, Sulbar ini kan bisa dikatakan salah satu provinsi termuda di Indonesia yang saat ini masih sementara berkembang kira-kira menurut pandangan Pak SDK Butuh berapa tahun sih Sulawesi Barat ini untuk bisa menjadi daerah yang bisa dikatakan cukup maju seperti daerah-daerah tetangga Sulawesi Selatan atau Sulawesi Tengah?

Suhardi Duka: Untuk menentukan itu kita harus mematok dulu indikator apa yang akan kita lakukan. Katakanlah kalau kita ingin mengukur kemajuan itu dari sisi pertumbuhan ya memang sekarang ini kita terbelakang karena pertumbuhan kita di bawah pertumbuhan nasional. Nah tapi, Kalau kalau kita patok maju itu bahwa kita tumbuh di atas pertumbuhan nasional itu tidak lama. 

Saya bisa desain mungkin 3 atau 4 tahun sudah kita capai. Tapi kalau secara menyeluruh, secara menyeluruh katakanlah semua produk-produk yang ada di Sulbar itu harus diilirisasi finalnya ada di Sulbar itu pasti jangka panjang. Nah pasti jangka panjang, tapi saya ingin mengatakan bahwa waktu saya punya penyampaian misi dan visi saya berpatokan pada indikator ekonomi makro. 

Indikator ekonomi makro itu adalah pertumbuhan yang kedua adalah kemiskinan, kemudian pengangguran. Nah, kalau itu yang kita ingin kejar Insyaallah dalam masa jabatan saya, saya bisa capai.

Host: Kemudian, setuju dengan konsep Menteri Pertanian penambahan lahan pertanian kemudian petani milenial apalagi Pak SDK kan pernah di komisi 4 DPR itu yang membidangi pertanian itu bagaimana?

Suhardi Duka: Setiap tahun itu, terjadi pengurangan lahan sektor pertanian namanya pangan itu sekitar 2 juta hektar per tahun.

Itu akibat diintervensi oleh perumahan, industri, dan penggunaan lahan lainnya yang beralih dari sektor pertanian ke sektor lainnya.

Olehnya itu, ini tidak bisa kita rem 100 persen. Sehingga kita harus tambah, konsepnya menteri pertanian itu kita tambah. Katakanlah sawah, tapi ada proyek strategis nasional, misalnya jalan tol, tentu saja kita tidak bisa hindari itu. Dengan demikian saya setuju penambahan 1 atau 2 juta satu tahun.

Kemarin, waktu saya masih jadi anggota DPR RI di komisi IV, kalau tidak salah saya dikasi sekitar 10 ribu hektar jatah penambahan sawah baru. Hanya, apakah ditangkap pemerintah provinsi Sulbar, saya no, karena saya belum di dalam, tapi jika saya di dalam saya akan angkat itu. Tinggal apakah lahannya basah apakah kering, nanti kita pilah.

Host: Kira-kira dari enam kabupaten di Sulbar yang berpotensi untuk program pertanian itu di kabupaten mana?

Suhardi Duka: Kalau sektor pangan sekarang itu, ada dua kabupaten: Polewali Mandar dan Mamuju. Tapi sekarang kan dibangun bendungan di Mamuju Tengah, itu triliunan loh itu, saya juga belum tahu di mana sawahnya.

Jadi, kalau kita ingin kaji bendungan itu ingin kita lanjutkan, triliunan biayanya harus ada sawah. Di mana sawahnya, ya kita harus lihat. Begini, katakanlah di kawasan Mamuju Tengah dan Pasangkayu potensi persawahannya cukup baik.

Hanya saja, mereka sudah duluan kulturnya sudah sawit, perkebunan dan harga sawit sekarang bagus. Jadi untuk mengganti sawit ke sawah, pertama budayanya mereka sudah terbiasa dengan sawit kemudian juga nilai ekonomisnya sawit juga bagus, jadi akan sulit. 

Nah, olehnya itu membuka sawah baru memang jangan bersentuhan atau mengganti tanaman ekonomis yang lain. Jadi harus yang baru betul itu yang kita lakukan.

Host: Terkait Sulbar yang terdapat banyak kawasan hutan lindung, itu nanti bagaimana ?

Suhardi Duka: Hutan lindung harus kita lindungi, tapi kan keseimbangan di Sulbar ini masih sangat seimbang. Kalau Sulbar ini, kawasan hutannya dengan kawasan pemukimnya itu masih luas kawasan hutan. Jadi, tidak sulit untuk melepaskan kawasan itu untuk kepentingan pangan.

Host: Swasembada Pangan seperti itu, ya ketahanan pangan.

Suhardi Duka: Kalau Sulbar sudah 

Host: Ini saya pernah berbincang dengan Pj Gubernur Sulbar Prof Zudan mengatakan, Sulbar ini punya empat masalah sosial yang sangat mendesak untuk dibenahi. Pertama, kemiskinan, angka putus sekolah, pernikahan dini, dan stunting. Bagaimana untuk mengatasi ini?

Suhardi Duka: Saya sependapat dengan Prof Zudan itu, angka itu benar, kita miskin hampir 12 persen. Kemudian putus sekolah juga sangat tinggi. Anak Tidak Sekolah (ATS) di Sulbar itu tinggi sekali. Ini harus diintervensi, tidak bisa dibiarkan. Cara mengintervensinya juga harus tepat. Jantungnya yang harus kita perbaiki. 

Katakanlah untuk mengatasi stunting, perbaiki stunting, tidak rapat-rapat di hotel. Perbaiki posyandu, karena menjaringnya ibu hamil di situ, menjaringnya anak kurang gizi di situ. Kalau posyandu bagus, cepat terdeteksi. 

Bagaimana cara posyandu bagus? Ya, kader-kadernya latih dan perbaiki. Bagaimana bagus kalau kadernya dikasi insentif Rp75 ribu - Rp 100 ribu, siapa yang mau. Oleh sebab itu, kasi insentif, pelatihan.

Kemudian perkawinan dini. Ini terjadi pertama karena kultur orang merasa kalau anak ku usia 16 tahu belum menikah jangan sampai tidak kawin. Jadi, pendekatan agama juga penting bahwa jodoh itu tidak akan ke mana. 

Kemudian, kemiskinan saya kira cara mengatasinya, pertama perbaiki sumber hidupnya, yang kedua angkat bebannya sebagian. Apa babahnya itu dua, yang bisa kita angkat yaitu kesehatan.

Jadi, jangan bebani rakyat persoalan kesehatan, yang ketiga adalah pendidikan. Jangan juga beban rakyat persoalan pendidikan, dengan demikian kita harus non jangan buat pungutan untuk mulai SD, SMP SMA, kemudian kalau ada yang mau ke perguruan tinggi siapkan beasiswa.

Jadi, kalau kita save itu kita ambil alih itu dua pengeluaran publik yang besar itu kesehatan dan pendidikan, kemudian kita perbaiki sumber pendapatannya lepas dari kemiskinan itu.

Host: Saya tertarik yang sempat diucapkan di awal bahwasanya jangan terlalu banyak seminar mungkin di hotel-hotel. Apakah ini nanti ketika mungkin sudah diantik itu akan menjadi salah satu prioritas untuk instruksi kepada seluruh jajaran Pemprov dan OPD jangan banyak di hotel gitu ya untuk seminar seminar.

Suhardi Duka: Begini loh, saya pernah mengevaluasi anggaran, terutama penanganan stunting Rp 1 miliar alokasi anggarannya. Habis di hotel, habis rapat  Rp 900 juta. Mana yang kena stunting. Habis perjalanan dinas, apa semua, rapat pertemuan habis Rp 900 juta tinggal Rp 100 juta itu untuk apa. 

Sedangkan dia ini perlu asupan gizi, vitamin, vitamin tambah darah dan lain sebagainya. Mana alokasinya gak ada, itu yang harus perbaiki.

Host: Jika nanti sudah dilantik kemudian prioritas 100 hari pertama atau 3 bulan apa yang akan dilakukan?

Suhardi Duka: Itu 100 hari pertama 3 bulan ya. Saya tidak bisa menjanjikan apa yang akan saya lakukan karena pada saat itu belum bisa kita melakukan apa-apa. Nanti 6 bulan baru bisa kita melakukan sesuatu, mengambil keputusan. Yang  pertama, APBD bukan saya yang susun. Jadi, belum ada di pemikiran ku APBD itu. 

Yang kedua, personil bukan saya susun. Saya melakukan perubahan personil nanti 6 bulan baru bisa. Jadi, tentu yang saya mau lakukan adalah ingin memberikan pemahaman kepada seluruh aparat yang ada di Sulawesi Barat bahwa ini visi saya kita harus berada di jalur ini semua kalau ada keluar jalur, ya saya perikit karena  begini pejabat publik itu, katakanlah Gubernur wakil gubernur itu pengambil kebijakan. Sekda ke bawah itu adalah pelaksana teknis, jadi antara kebijakan dengan aturan disesuaikan oleh sekda dikoordinasikan Sekda untuk dilaksanakan. Jangan kepala dinas yang mengambil keputusan. 

Tidak ada Keputusannya lagi, yang ada keputusan itu ada pada pejabat publik karena pejabat publiklah yang punya legitimasi untuk mengambil keputusan itu. Itu semua yang akan saya lakukan di sana. 

Saya akan memiliki standar-standar tertentu, ada standar yang harus saya gunakan untuk menempatkan personil, capaian-capaian yang harus dicapai karena ukuran kinerja menjadi ukuran utama. Saya tidak akan menjadikan apa namanya ya bukan hormatnya yang sampai ke lutut yang akan saya nilai banyakan hormat yang hormat sampai ke lutut. Bukan itu yang kita nilai. Yang kita nilai adalah rencana mu dan capaian mu. Kalau rencana mu, capaian mu melebihi saya jempol kamu. Tapi kalau errornya sampai 70 persen capaian tentu juga akan jadi evaluasi bagi kami.

Host: Jadi, artinya ini kan lazim kepala daerah baru akan melakukan rotasi pejabat-pejabat. Itu juga kah yang akan dilakukan SDK, tetapi nanti dilihat berdasarkan kinerja, ya?

Suhardi Duka: Berdasarkan kinerja, berdasarkan kemampuannya karena saya punya visi, saya menempatkan pejabat di suatu tempat itu saya menilai bahwa the best man the best place (orang terbaik ditempatkan di tempat yang terbaik pula). 

Jadi, kalau selama ini orangnya biasa-biasa saja tapi diberikan tanggung jawab yang tinggi, itu harus diganti. Tapi kalau memang hebat, capaiannya hebat pula no problem. Saya berdasarkan kinerja, buka like atau dislike.

Host: Masih berkaitan dengan struktur organisasi nanti, saat ini kan Sekprov masih dijabat Pj Amujib. Kemarin saya lihat dari Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin mengatakan bahwa Amujib ini akan mendampingi dia selama dua bulan sampai gubernur defenitif memilih sendiri siapa yang akan mendampingi sebagai Sekprov.  Sudah ada figur yang dipilih oleh Pak SDK?

Suhardi Duka: Tidak ada. Saya belum menilai, saya belum di dalam. Tapi, saya hargai apa yang dikatakan Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin, saya hargai beliau orang baik. Nanti saya lihat apakah mengambil dari internal yang ada berdasarkan standar yang saya tentukan dia capai, kalau tidak bisa dari luar. Banyak orang Sulbar juga diluar yang tentu standarnya lebih tinggi dari standar lokal.

Tapi, kalau standar yang saya tentukan ini di lokal ada yang capai, tentu saya akan gunakan yang di lokal.

Host: Tadi di singgung juga soal APBD. Kemarin ketuk palu di DPRD Sulbar nilainya Rp 2,09 Triliun. Sering dikatakan bahwa APBD Sulbar terkecil di Indonesia.  Bagaimana pemerintahan nantinya memanfaatkan APBD yang kecil ini untuk menjalankan visi misi yang diutarakan untuk kemajuan Sulbar?

Suhardi Duka: Saya punya APBD waktu saya Bupati (Mamuju) hanya Rp 500 miliar. APBD Kutai Kartanegara R 11 triliun. Mana duluan kita menurunkan angka kemiskinan, saya lebih duluan menurunkan angka kemiskinan dibanding dengan Kutai Kartanegara. 

Jadi, bukan besar kecilnya APBD nya. Besar APBD okelah lebih bagus, tapi bukan berarti kecil APBD, kita tidak bisa buat apa-apa. Sepanjang itu efisien efektif akan terasa itu APBD. Hanya kan kadang kala juga publik tidak seluruhnya bisa menilai, olehnya itu kalau saya punya nanti saya akan buka di publik bahkan dulu waktu saya bupati saya uji publik saya punya APBD. 

Demikian saya betul-betul ini untuk apa, ini untuk ini, sepanjang efisien pasti bisa terasa di masyarakat. Tidak usah khawatir dengan kecilnya APBD, tapi memang Sulawesi Barat tidak boleh hanya APBD.

Kta harus menggunakan APBN, kita juga harus menggunakan investasi, peran swasta sangat penting. Nah, kita harus kerja sama dengan swasta dan swasta itu banyak indikator-indikatornya bisa masuk di satu daerah kalau laporan-laporan  badan-badan dunia menilai positif daerah itu demikian kita harus bisa menjalin kerja sama dengan badan dunia.

Katakanlah UNICEF, USID, dan badan-badan dunia lain. Kan mereka memberikan laporan, di situlah ditangkap oleh para investor, oh ternyata daerah ini baik. Nah, tapi kalau kau tidak pernah kerja sama dengan badan-badan dunia ya susah juga.

Host :  Kira-kira di enam Kabupaten Sulbar ini Kabupaten Sulawesi Barat ini yang potensi itu untuk bisa mendatangkan investor di daerah mana?

Suhardi Duka:  Hampir semua bisa, tinggal kita sesuaikan saja dengan kemampuan lingkungannya. 

Host: Ada potensi tambang nggak di sini misalnya di Mamuju atau di mana?

Suhardi Duka: Ada, ada tapi kan tidak sesuaikan dengan kemampuan lingkungan. Kalau nilai ekonominya justru lebih rendah dengan kerusakan lingkungan lebih bagus gak usah. Tapi kalau nilai ekonominya tinggi, bisa mengkontraksi yang lainnya kemudian kita bisa mitigasi persoalan lingkungannya, kita buka.

Tapi, kalau kita analisis ternyata nilai ekonominya sangat rendah kerusakan lingkungannya tinggi gak usah.

Host: Apalagi tadi disebutkan Sulbar ini masih banyak kawasan hutang lindung dan perhatian juga ini kondisi lingkungan yang ada di Sulbar. Nah, kontestasi Pilgub sudah usai dan saat ini masih unggul perolehan suara, kira-kira nanti bagaimana ini merekatkan kembali karena kan kita ketahui Pilgub ini diikuti empat paslon masing-masing mempunyai pendukung sendiri-sendiri bahkan kemarin ada sempat keributan di TPS 24 soal dukungan.

Suhardi Duka: Sahabat saya semua. Ali Baal Masdar sahabat, Andi Ibrahim lebih-lebih, Prof Husain juga begitu. Jadi intinya, kami ini di atas empat pasang yang berkontestasi memahami benar bahwa ini adalah pertarungan pilihan rakyat, sesudah itu selesai. 

Nah, di bawah harus mampu memahami itu. Jangan kamu gontok-gontokan di bawah, kami di atas ngopi-ngopi bersama. Saya akan tokoh kan tiga Paslon sebagai tokoh yang pernah membersamai kita. Apalagi ABM yang pernah menjadi gubernur selama 5 tahun, ibu Enny juga pernah jadi wakil gubernur selama 5 tahun, Pak Ibrahim bupati, saya kira semua.

Host: Kira-kira bagaimana nanti pembagian tugas SDK dengan wakil gubernur Salim S Mengga? Terkait bagaimana nanti menjalankan roda pemerintahan di Sulbar ini. Bisa dijabarkan seperti apa?

Suhardi Duka: Gubernur dan Wakil Gubernur itu satu kotak. Tidak ada tugasnya gubernur tidak ada tugasnya wakil gubernur, dibagi-bagi kita sama-sama melaksanakan hanya saja mungkin ada penekanan-penekanan. Kalau saya lagi tugas di sana fokus, pak wakil tugas di sini fokus, tapi kalau membagi secara terpisah, tidak ada dalam aturan. 

Jadi, saya dengan Pak Salim itu, dwi tunggal. Kami satu visi, dua badan satu kepala dalam melaksanakan pemerintahan.

Host: Apakah sebelumnya sudah ada komitmen dengan Pak Salim?

Suhardi Duka: Iya, ada kita laksanakan sama-sama.

Host: Pada saat Pilgub kemarin, SDK maju dan ananda Sutinah Suhardi juga maju sebagai petahana bupati, sama-sama dari partai Demokrat.
Bagaimana kemarin waktu semasa kampanye untuk lebih fokus. Ini kan biasa ada ketidakfokusan ini, bapak maju di  Pilgup anak maju di pemilihan Kabupaten. Bagaimana kolaborasi kemarin dengan Ananda Sutinah?

Suhardi Duka: Kalau Ibu Sutina kan sudah incanben dia. Jadi lebih mudah dia kira-kira gitu kalau sudah incanben. Walaupun juga banyak incanben yang rontok ya, tapi menurut saya saya dibantu banyak dibantu karena saya sudah lebih banyak mengalihkan kampanye saya di tempat lain karena di Mamuju sudah ada ibu Tina yang nomor berapa Ibu Tina nomor 1 nomor 1 ya nomor 3 juga ya.

Kan gitu enaknya incanben. Jadi saya terbantu, jadi saya lebih banyak fokus ke Polewali Mandar karena daerah pemilihnya tinggi. Dengan demikian, banyak waktu yang saya gunakan di sana dan Pak Salim juga di sana jadi enak kita.

Sedangkan Majene saya, rutin dengan incanben karena saya satu tim tidak ada persolan. Saya hanya datang memberikan arahan dan lain sebagainya jalan semua, jadi lebih mudah. Mamuju, begitu juga. Alhamdulillah sukses semua.

Host: Dalam kapasitas sebagai ketua DPD Demokrat Sulbar kita ketahui Sulbar sementara Pilgub SDK yang unggul. Majene dan Mamuju juga incanben yang unggul. Artinya apakah ini sesuai dengan target?

Suhardi Duka: Belum sesuai. Kita sebenarnya ingin menang semua. Kita menang di semua kabupaten, tapi kalau di kabupaten saya hanya menang di tiga. Di Pasangkayu bukan kader, tapi kita calonkan. Jadi, hitungannya di kabupaten memang 50 persen. Kalah di tiga kabupaten.

Host: Terkahir, Mamuju masih berstatus kabupaten, belum kota madya. Apa yang akan dilakukan ini agar Mamuju jadi kota madya?

Suhardi Duka: Kalau sudah dibuka monotarium nya, kita segera desak Jakarta untuk menjadikan Mamuju sebagai kota. Hanya saja, sekarang belum keluar kebijakan pusat sudah terbuka, tapi kita akan eksekusi dengan Kementerian dalam Negeri. Pada daerah-daerah tertentu yang prioritas dibukalah  katakanlah provinsi harus ada satu kota, ya bukalah.

Tapi, yang jelas, monotarium ini itu bisa dibuka kalau toh tidak bisa dibuka secara penuh, dibuka secara terbatas. Sama dengan pemekaran di Papua, itu dibuka secara terbatas.

Yang belum punya kota itu Mamuju, Kalimantan Utara, dan beberapa provinsi yang lain.

Host: Berapa lama waktu jadi Bupati itu sudah sempat mengusulkan untuk Mamuju jadi kota madya?

Suhardi Duka: Sebelum saya berakhir, sudah ada keputusan DPR ada keputusan bupati, provinsi dan Gubernur kita bawa ke Jakarta. Moratorium, ya selesai.

Host: Berarti sekitar 9 tahun yang lalu, sudah lama sekali. Jadi nanti kalau misal kota madya di sini Kabupaten Mamuju pindah ke mana?

Suhardi Duka: Pindah ke Papalang ke bawah Papalang ke bawah.

Host: Ini sudah di akhir sesi wawancara kita sangat seru sekali. Mungkin ada pesan-pesan kepada warga Sulbar yang mau disampaikan sepatah dua kata.

Suhardi Duka: Pemilihan Gubernur sudah selesai, kita sudah berjuang bersama-sama dan demokrasi adalah satu keniscayaan untuk perbedaan belajar untuk berbeda dan hasilnya sudah kita tahu secara bersama walaupun secara formal belum ditetapkan oleh KPU, tapi secara ilmu pengetahuan sudah kita tahu. 

Olehnya Itu, yang kemarin berbeda-beda mari kita satukan kembali dan saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat Sulawesi Barat yang telah memberikan amanah kepada kami berdua.

Semoga amanah bapak dan ibu dan saudara saudara kami mampu emban dengan sebaik-baiknya, demikian terima kasih. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved