Shesie Erisoya 'Curhat' Lagi Minta PSM Lunasi Utang Rp5,6 Miliar, Tak Peduli Masalah Internal PSM

TRIBUN-SULBAR.COM - Shesie Erisoya kembali 'curhat' di media sosial perihal utang manajemen PSM Makassar kepada dirinya senilai Rp5,6 miliar yang belum dibayar hingga kini.

Shesie mengunggah sebuah foto yang memperlihatkan kuasa hukumnya, Agus Amri yang bertemu dengan kuasa hukum manajemen PSM, Yusuf Gunco di sebuah kafe, Senin (11/9/2023).

Transaksi piutang manajemen PSM Makassar dengan Shesie Erisoya berlangsung sejak 2016 hingga 2019.

Manajemen PSM disebut meminjam uang total Rp14,9 miliar untuk operasional klub dan hal lainnya.

Pendanaan itu mulai belanja pemain, gaji pemain, hotel tiap kali pertandingan tandang, akomodasi dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, utang manajemen PSM kepada pihak Shesie Erisoya tersisa Rp 5,6 miliar setelah dibayar secara bertahap atau dicicil.

Namun belakangan, PSM Makassar disebut sudah tidak lagi pernah merespons pembayaran sisa utang tersebut.

Kuasa hukum Shesie Erisoya, Agus Amri menyebutkan, kliennya merasa ditipu oleh Munafri Arifuddin dan Sadikin Aksa sebagai petinggi PSM.

Keduanya disebut pernah mengeluarkan cek kosong atau fiktif senilai Rp500 juta terkait pembayaran sisa utang sebesar Rp5,6 miliar.

Cek kosong itu dikeluarkan oleh salah satu perusahaan penjamin pada 2021.

Setelah cek senilai ratusan juta rupiah itu hendak dicairkan ternyata fiktif.

"Pidananya jelas dengan cek kosong yang saya tunjukkan tadi, itu ditolak oleh pihak bank. Penipuan, penggelapan sejumlah dana, itu juga tindak pidana nanti akan rinci lagi," kata Agus dikutip dari Kompas.com

Berikut curhat Shesie Erisoya di media sosial Instagramnya @erisoya_jrm

"Saya tidak peduli permasalahan internal manajemen PSM, yang saya tuntut adalah hak saya yang sudah digunakan manajemen PSM mengatasnamakan manajemeen Makasaar yang diketahui dan disetujui pimpinan dan pihak manajaemen PSM guna operasional PSM

Alangkah bijak semua bisa diselesaikan tanpa memasukkan saya ke dalam internal Manajemen PSM, dengan harus menunggu yang tidak jelas kepastiannya, sudah berkali-kali dibahas dalam setiap pertemuan