HUT Sulbar
MENGENAL Baju Adat Kalumpang, Dipakai Akmal Malik di HUT Sulbar, Proses Tenunnya Butuh Waktu Lama
Dulu selain dibuat untuk kebutuhan sendiri, pakaian adat tenun ikat ini juga menjadi alat tukar bernilai tinggi
Penulis: Ilham Mulyawan | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM - Para pejabat menggunakan baju adat di acara peringatan HUT ke-18 Sulawesi Barat, yang dipusatkan di kantor darurat DPRD Sulbar, Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Kecamatan Simboro, Mamuju, Sulbar, Kamis (22/9/2022).
Ketua DPRD Sulbar Suraidah Suhardi pakai baju bodo, Rahmad Masud gunakan baju adat kutai.
Begitupun, tamu undangan lainnya semuanya menggunakan baju adat Sulbar.
Para tamu undangan disambut lentunan sayang-sayang mandar di pelataran kantor DPRD Sulbar.

Termasuk, ada penyambutan "Pamanna" atau pencabutan keris kepada para pejabat Sulbar.
Pj Gubernur Akmal Malik dan istrinya, Yulia Zubir Akmal menggunakan pakaian baju adat kalumpang.
Baju adat yang dikenakan Akmal dan istrinya berwarna dasar hitam.
Sang istri, Yulia Zubir Akmal terelihat mengenakan baju adat kalumpang lengkap dengan hiasan kepala.
Menggenal ragam tradisi suku Kalumpang sudah turun temurun dari leluhur ratusan tahun.
Menyimpan keunikan dan masih terjaga hingga saat ini.
Tradisi menenun suku Kalumpang dikenal dengan tenun ikat tradisional sekomandi.
Dulu, selain dibuat untuk kebutuhan sendiri, pakaian adat tenun ikat ini juga menjadi alat tukar bernilai tinggi.
Keunikan kain tenun Ikat Kalumpang terdapat pada pola warna dan struktur kain.
Dimana semua proses pengerjaannya dilakukan dengan tangan atau ditenun dengan menggunakan alat-alat tradisional lainnya.
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan-bulan untuk memproduksi sehelai kain tenun ikat sekomandi tersebut.
Sehingga kain tenun ini biasanya dijual dengan harga tinggi, hingga puluhan juta rupiah.
Tenun Ikat Kalumpang biasanya dilakukan dengan beberapa tahapan.
Pertama dilakukan proses pemintalan benang dari kapas yang biasanya diambil dari tanaman kapas, yang ditanam penduduk desa di wilayah Kalumpang.
Kedua adalah proses mengikat kumpulan benang yang merupakan salah satu teknik sebelum benang diwarnai.
Ketiga pewarnaan.
Bahan perekat warna yang digunakan terdiri dari cabe, kemiri, lengkuas, jahe dan kluwak.
Sementara itu, bahan rendaman kain yang dipakai terbuat dari pohon palli atau sejenis kulit kayu.
Guna menciptakan motif tertentu, sang penenun sebelumnya tidak membuatkan pola atau sketsa pada benang yang diikat pada katadan.
Namun menurut Marlin, pembuatan pola motif dan sketsa terjadi dalam pikiran dan imajinasi penenun.
Motifnya pun beragam jenisnya dan memiliki makna.
Sebut saja Motif Ba'ba diata, Lele Sepu Ulu Karua lepo, Ulu Karua Barinni Pori dappu, Tosso' Balekoan, Tonoling, dan motif Toboalang.
Tak sampai disitu, setelah motif terbentuk maka dilakukan pewarnaan merah dari akar kayu Mengkudu.
Benang bermotif tersebut dimasak kemudian dicuci dan dijemur hingga kering.
Setelah kering lalu dimasukkan kembali ke dalam Katadan, untuk diikat kedua kalinya.
Tahap terakhir proses penenunan kain.
Pj Gubernur Akmal Malik
Akmal Malik
Yulia Zubir Akmal
Kalumpang
Baju Adat Kalumpang
HUT Sulbar
HUT Sulbar ke-18
Pertandingan Gateball OPD Pemprov Sulbar Sudah Memasuki 8 Besar, 28 Tim Sudah Gugur |
![]() |
---|
Dinas Ketahanan Pangan Catat Transaksi di Pasar Murah Anjugan Pantai Manakarra Capai Rp 200 Juta |
![]() |
---|
Antrean Emak-emak Berebut Sembako Muran di Anjungan Pantai Manakarra Diwarnai Adu Mulut |
![]() |
---|
Pj Gubernur Sebut Ini Sulbar Layak Dikembangkan, Ditantang Melukis Bersama SMA/SMK Se Sulbar |
![]() |
---|
Ratusan Lukisan & Potret Peristiwa hingga Keragaman Budaya Sulbar Dipamerkan di Taman Marasa Corner |
![]() |
---|