Viral Polman

Goyang Tiktok di Atas Kuda Menari, Budayawan Sebut Vulgar & Seharusnya Pelaku Minta Maaf

Budayawan Mandar, Ridwan Alimuddin mengatakan, kebudayaan Mandar, khususnya Sayyang Pattudu tidak pernah terjadi yang menunggang kuda melakukan goyang

Editor: Munawwarah Ahmad
Ist/Tribun-Sulbar.com
Video viral, perempuan bergoyang di atas kuda menari (Saeyyang Pattuqduq) di Polman. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Viral sebuah video menujukkan aksi seorang perempuan belia berjoget 'Tiktok' di atas kuda menari atau di tanah mandar disebut Sayyang Pattudu.

Aksi perempuan ini kemudian viral di sosial media dan mendapat tanggapan beragam.

Tak sedikit menyayangkan aksi perempuan tersebut.

Kejadian tersebut terjadi di Campalagian Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar).

Budayawan Mandar, Ridwan Alimuddin mengatakan, kebudayaan Mandar, khususnya Sayyang Pattudu tidak pernah terjadi yang menunggang kuda melakukan goyang-goyang.

Apalagi, kalau yang missawe itu wanita.

Gubernur Sulawesi, Andi Ali Baal Masdar bersama Raja Gowa Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang Batara Gowa III, dijemput menggunakan kuda Pattuduq.
Gubernur Sulawesi, Andi Ali Baal Masdar bersama Raja Gowa Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaeng Lembang Parang Batara Gowa III, dijemput menggunakan kuda Pattuduq. (Tribun-Sulbar.com/Hasan Basri)

"Kalau anak laki-laki ada yang biasa bergerak-gerak, tapi masih duduk, tidak seperti yang di video yang viral itu," kata Ridwan, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (20/12/2021).

Lanjutnya, dari video yang viral tersebut sangat vulgar sekali karena wanita yang bergoyang dan dia berdiri.

Menurutnya, belakangan memang ada penyimpangan yang pernah terjadi dalam tradisi Sayyang Pattudu.

"Beberapa waktu lalu ada laki-laki yang kostum dan sikapnya seperti perempuan dan missawe seperti gaya perempuan, alias bencong yang missawe," ungkap Ridwan.

Menariknya, ini agak ironis, bahwa kabarnya itu terjadi di Polman juga di Kecamatan Campalagian.

Padahal, ibu kota Campalagiang (Kappung Masigi dan sekitarnya) adalah poros dakwah Islam di Mandar bersama Pambusuang.

"Siapa yang harus bertanggung jawab? Itu tanggung jawab kita semua. Masyarakat saya lihat sepertinya permisif. Tidak ada yang memprotes di lapangan, lama-lama orang akan meniru dan akhirnya jadi kebiasaan," ujarnya.

Sebenarnya, dalam tradisi sayyang pattudu ada evolusi, tapi sebagian besar itu ke arah positif.

Satu dua saja yang tidak sesuai kebudayaan Mandar.

"Jadi jangan hanya yang memosting minta maaf. Seharusnya minta maaf yang goyang dan keluarganya," tandasnya.(*)

Laporan Wartawan TRIBUN-SULBAR.COM, Habluddin

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved