Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional, Honorer Majene: Ini Hari Guru PNS
Jangan ada sekat. Jangan ada ruang antara PNS dan honorer. Guru honorer agar diberi sedikit ruang dalam berbagai forum," jelasnya.
Penulis: Nasiha | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Momen Hari Guru Nasional diperingati hari ini, Kamis (25/11/2021).
Hampir seluruh guru di Indonesia merayakan.
Banyak harapan muncul di hari guru ini.
Utamanya, terkait nasib guru honorer yang sampai saat ini masih jauh dari kata sejahtera.
Salah satu guru honorer di Kabupaten Majene, Rosmadiana Tammalele (35) menyebut, hari guru nasional ini adalah hari guru PNS.
Sebab, saat ini nasib guru honorer masih sangat timpang.
"Masih ada ketimpangan bagi guru honorer. Pemerintah harusnya membuka mata terhadap pengabdian honorer," ujar Rosmadiana kepada Tribun-Sulbar.com, saat ditemui di SMAN 2 Majene yang berada di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bangge Timur, Kabupaten Majene, Kamis (25/11/2021).
Rosmadiana sendiri adalah guru SMAN 2 Majene.
Ia merupakan warga Lingkungan Camba, Kelurahan Baru, Kecamatan Banggae, Majene.
Ia sudah 10 tahun lebih mengabdi di SMAN 2 Majene sebagai guru honorer.
Sehari-hari, ia mengajar Mata Pelajaran Sastra Indonesia.
Ia juga aktif membina Sanggar Teater Sisalili SMAN 2 Majene.
Alumni Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun 2008 ini mengatakan, tak sedikit guru honorer yang tingkat kesejahteraannya tidak sebanding dengan pengabdiannya.
Menurutnya, guru tak hanya sekedar mengajar
Melainkan, guru adalah karakter.
Ia mengaku, ruang bagi guru honorer masih kurang.
"Jangan ada sekat. Jangan ada ruang antara PNS dan honorer. Guru honorer agar diberi sedikit ruang dalam berbagai forum," jelasnya.
Kecintaannya sebagai guru, membuat ia bertahan dan mengabdi di SMAN 2 Majene.
"Sekolah adalah rumah kedua saya. Anak-anak yang membuat saya bertahan," ungkapnya.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, siswa-siswa selalu membutuhkan sosok guru.
"Meski akses internet sudah di mana-mana. Namun, siswa tetap butuh sosok guru untuk mendapat pendidikan karakter," lanjutnya.
Ia selalu mengingat pesan ayahnya, A'ba Tammalele bahwa ada dua jenis guru.
Yakni toto'na menjari guru (takdirnya menjadi guru) dan guru toto' (guru adalah jiwanya).
"Dokter salah resep, satu orang yang kena. Tapi kalau guru salah mengajar, banyak orang kena. Guru adalah pembawa risalah nabi. Membawa pesan-pesan mulia kepada anak-anak. Ilmu yang diajarkan mengalir sepanjang hidup," lanjutnya.
Meski demikian, ia berharap pemerintah melihat perjuangan guru honorer.
Utamanya yang mengabdi di daerah pelosok.
Ia juga berharap, adanya penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru dapat membawa harapan bagi honorer.
"Ada pengakuan dari pemerintah untuk guru honorer. Semoga adanya PPPK ini membawa warna bagi honorer di mana pun. Kita selalu sukuri," tukasnya. (*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Misbah Sabaruddin