Festival Kota Tua Majene

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno Terpukau Saksikan Tarian To Sumombal

"Sanggar Kaka'u akan saya diundang usai PPKM. Sukses untuk Sanggar Kaka'u," ujar Menteri Sandiaga sembari menaikkan kedua jempolnya.

Penulis: Nasiha | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun-Sulbar.com/Misbah Sabaruddin
Penampilan Sanggar Kaka'u di Festival Kota Tua Majene 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Penampilan Sanggar Kaka'u di Festival Kota Tua Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) mendapat apresiasi dari Menteri Pariwisata Sandiaga Salahuddin Uno.

Menteri Sandiaga menyaksikan tarian Sanggar Kaka'u secara virtual.

Ia mengapresiasi dan terpukau melihat tiap gerakan penarinya yang lincah.

"Sanggar Kaka'u akan saya undang usai PPKM. Sukses untuk Sanggar Kaka'u," ujar Menteri Sandiaga sembari menaikkan kedua jempolnya.

Baca juga: Menteri Pariwisata Sandiaga Uno Minta Dikirimi Kuliner Mandar

Baca juga: Menteri Pariwisata Sandiaga Uno Harap Festival Kota Tua Jadi Lokomotif Wisata Sulbar

Dikesempatan itu, Sanggar Kaka'u menampilan tarian kolosal kota tua dengan tema To Sumombal (pelaut rantau).

Tarian ini menceritakan tentang sepasang manusia yang telah lama menjalin kasih.

Dan tiba-tiba harus berpisah demi mencari kehidupan di rantau (sumombal).

Sang perempuan pun menuangkan kegundahannya dalam sebuah lagu Mandar yang berjudul To Sumombal.

Ia bersedih.

Kemudian datanglah beberapa teman untuk menghibur.

Penampilan Sanggar Kaka'u di Festival Kota Tua Majene, Sulawesi Barat.
Penampilan Sanggar Kaka'u di Festival Kota Tua Majene, Sulawesi Barat. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Teman-temannya mengajaknya bermain untuk mengalihkan semua kesedihannya.

Namum perempuan itu masih saja terus sedih.

Hingga akhirnya, rindu sudah tak terbendung lagi.

Sang perempuan berniat menyusul kekasihnya.

Denga cara itulah, ia dapat melepaskan kerinduannya.

Selain pertunjukkan seni, Festival Kota Tua Majene juga menampilkan pidato bahasa Mandar dan pameran ekonomi kreatif.

Juga ada visitasi di sejumlah tempat peninggalan kolonial Belanda.

Seperti rujab bupati. Diseblahnya adalah rumah asisten residen.

Tempat lainnya, rujab wakil bupati. Tansi Belanda yang sekarang menjadi Markas 721 di Pangali-ali, Majene.

Pekuburan kolonial Belanda di depan SMP 1 Majene.

Ada juga alat komunikasi belanda di belakang kantor PKK (dekat gedung assamalewuang).

Kemudian, Museum Mandar yang dulunya adalah bekas rumah sakit (boyang to monge).

Ada juga prasasti yang dibangun tahun 2020 menggunakan anggaran provinsi.

Prasasti ini berada tepat di Taman Kota Majene.

Prasasti menandakan simbol tempat pendaratan pertama Belanda melalui jalur laut, Dokter Kaisar. Yang saat itu menjadi pimpinan rumah sakit (boyang to monge).

Terakhir, makam raja-raja di Bukit Ondongan, Pangali-Ali, Kecamatan Bangge, Majene.

Visitasi ini hanya diikuti 15 orang.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Misbah Sabaruddin

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved