StartUp
Sudah Rambah 5 Provinsi di Sulawesi, Aplikasi Ojol Draiv asal Luwuk akan Ekspansi ke Mamuju
Berbeda dengan Gojek atau Grab, stratup aplikasi ojol khas Sulawesi ini sudah capai 593,155 orderan, 52 ribu kostumer, 3100 mitra
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri
TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Dari kota kecil di ujung Timur Sulawesi Tengah, Draiv merambah ke sejumlah kabupaten/kota di Indonesia.
Startup ini dirintis dua anak muda asal Luwuk Bangga, yakni Ishak Umar dan Syaiful Usman, tahun 2018 lalu.
Kini orderannya sudah 593,155 orderan, 52 ribu kostumer, dan 3100-an mitra di 5 provinsi.
Pelanggan itu menjangkau 14 kota di lima dar enam provinsi di Sulawesi (Sulteng, Sultra, Sulut, Gorontalo, dan Sulsel).
"Insyallah, tahun ini kita ekspansi ke Mamuju atau Pasangkayu (Sulbar)," kata Ishak, kepada TribunPalu.com, Rabu (14/7/2021).
Draiv adalah aplikasi jasa transportasi dan pesan antar online lokal yang dididirkan di Kabupaten Banggai.
Kini telah melebarkan sayap ke sejumlah wilayah di Sulteng.
Chief Executive Officer (CEO) Draiv, Ishak Umar menceritakan, awalnya ia diajak oleh Syaiful Usman yang kini owner sekaligus Developer IT Draiv pada tahun 2019 lalu di Luwuk, Kabupaten Banggai.
“Saya diajak bicara hanya 1 jam,” tuturnya.
Ketika itu, Syaiful Usman mengatakan kepada Ishak Umar bahwa terdapat aplikasi yang dibuatnya sejak tahun 2018 bernama Delivery.
Setelah itu, keduanya bersepakat dan mengembangkan Delivery, tetapi namanya diganti menjadi Draiv.
“Di-launching Januari 2020,” tuturnya.

Perusahaan rintisan berbasis digital ini dibentuk karena berawal dari kegelisahan Ishak dan Syaiful yang terbiasa menggunakan aplikasi pesan antar di DKI Jakarta.
Ketika kembali ke Luwuk, Kabupaten Banggai, seluruh transaksi masih manual.
Seseorang membutuhkan barang, tetapi harus datang langsung.
“Keresehan awal karena terbiasa pakai aplikasi Grab dan Gojek. Setiba di Luwuk tidak ada. Akhirnya jadi pemicu,” jelas Ishak.
Syaiful Usman berpengalaman di bidang informasi dan teknologi karena pernah bekerja di salah satu perusahaan pertambangan Batu Bara di Pulau Kalimantan.
Kala itu Syaifu ditugaskan di divisi yang mengurus teknologi.
“Basicnya IT. Lulusan jurusan Informatika di Gorontalo,” kata Ishak.
Ishak yang hanya alumni SMK Pertanian Gorontalo, juga pernah tinggal di DKI Jakarta dan terbiasa menggunakan aplikasi Gojek dan Grab.
“Awalnya, saya di Jakarta lama. Syaiful juga lama kerja di Kalimantan,” tutur duda anak dua ini.
Karena kegigihan keduanya, kini Draive telah ada di playstore dan sudah ada di 12 kabupaten/kota di Sulteng.
Tersisa di Kabupaten Parigi Moutong.
“Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara juga sudah. Manado, Makassar, dan Ternate sementara survei,” papar dia.
Draiv, aplikasi perusahaan rintisan atau Startup yang menyajikaj pesan antar dari Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), kian besar.
Meskipun dididirikan dari daerah.
Aplikasi Draiv telah menyediakan berbagai layanan.
Mulai dari jasa transportasi, pesan-antar makanan, barber shop, sampai pesan antar cucian.
Awal diluncurkan hanya sekitar 50 kuliner, 30 motor dan 20 mobil.
"Kalau di Luwuk sekitar 200 draiver motor dan mobil, dan 500 lebih kuliner. Per hari yang aktif 30 lebih mobil motor dan kalau kuliner sekitar 300," jelas pria kelahiran Gorontalo, 1 Maret 1990 ini.
Karena itu, omset telah mencapai miliaran rupiah.
Selain itu, dari Draiv pengguna bisa bersedekah.
Setiap bulan, kata Ishak, pihaknya mendata masjid yang sedang dibangun.
"Lalu dilibatkan customer untuk membantu proses pembangunan. customer yang pengen niat sedekah," tuturnya.
Selain masjid, terdapat pilihan sumbangan untuk panti asuhan dan masyarakat yang kekurangan biaya untuk pengobatan.
"Tapi lebih banyak masjid. Sumbangan dalam bentuk tunai, kadang Rp 2 juta per bulan, kadang juga Rp 3 juta per bulan," jelas Ishak.
Saat ini, tercatat ada 25 ribu akun yang sudah mendownload aplikasi Draiv. Visitor bisa mencapai 2 ribu per hari.

Owner Waroeng Bang Alex, Yanto L Balubi mengaku omsetnya meningkat setelah bermitra dengan Draiv.
"Sebelumnya omset hanya Rp 20 juta per bulan. Setelah pakai Draiv naik sampai 300 persen," kata dia.
Rata-rata langganannya dari perkantoran, seperti Bank pemerintahan.
Waroeng Bang Alex terletak di Jl Flamboyan, Kelurahan Hanga-hanga, Kecamatan Luwuk Selatan, Kabupaten Banggai.
Ada 109 menu makanan dan 21 jenis minuman yang tersedia di aplikasi Draiv.
"Dulu nasi bakar, sekarang berkembang jadi chinese food," kata Yanto.
Terpisah, wartawan media ini bersama dua rekan lain memencet aplikasi pesan antar; Draiv.
Setelah memilih menu, jatuhlah pada pisang goreng.
Dari menu pesan, seorang pengemudi menyapa.
“Sesuai aplikasi?” katanya memastikan alamat pesanan yang akan diantar.
Selang 30 menit, pria berjaket hijau-hitam itu bergegas turun dari kendaraan sembari membawa bingkisan dari tas kresek.
Ia yang masih mengenakan helm segera menyerahkan dua bingkisan.
Ia meluncur dari Teluk Lalong, Luwuk, Kabupaten Banggai dengan membawa pisang goreng.
Jaraknya sekitar 4 kilometer ke lokasi pesanan.
Total harganya Rp 40 ribu, sudah termasuk ongkos untuk mitra Draiv itu.
Pia itu bernama Muhamad Khaeran.
Dia telah menjadi mitra Draiv selama 10 bulan.
CV Mitra Indoteknologi yang memayungi Draiv hanya memungut 10 persen untuk setiap transaksi.
Sehingga pengemudi atau pengendara lebih banyak mendapatkan untung.
“Iya kami yang dapat lebih banyak karena yang berhubungan dengan konsumen,” tuturnya.
Pendapatan yang besar itu jika dikalkulasi dalam 1 bulan, mitra Draiv bisa mendapatkan sekitar Rp 3 juta per bulan atau Rp Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari.
Bahkan, ujar dia, terdapat mitra Draiv yang memperoleh pendapatan Rp 5 sampai 7 juta per bulan.
Itu diketahuinya karena setiap akhir bulan terlihat mitra mana saja yang mendapatkan omset besar.
“Kalau malas jalan itu hanya Rp 1 juta atau Rp 1,5 juta per bulan,” kata Muhamad. (*)